Kamis, 17 Juni 2010

Tips Agar si Kecil Mau Mendengarkan Orangtua

Vera Farah Bararah - detikHealth

Anak-anak seringkali tak mau mendengarkan apa yang orangtua bilang padanya. Tidak perlu marah atau kesal lalu menggunakan kekerasan untuk mengatasinya, karena ada 6 cara agar si kecil mau mendengarkan.


Sebagian besar anak tidak mau mendengarkan orangtuanya karena ingin mendapatkan perhatian lebih. Tetapi hal ini tentu saja tak bisa dibiarkan, karena menjadi pendengar yang baik bisa membantu anak belajar lebih efektif, mengetahui adanya sinyal bahaya, bersosialisasi dengan baik serta bisa menghargai orang lain.

"Karena itu tak terlalu dini untuk mulai mengajarkan anak agar mau mendengarkan orangtuanya, karena anak masih dalam tahap perkembangan sehingga banyak keterampilan yang dimilikinya," ujar Roni Leiderman dari Family Center, Nova Southeastern University di Fort Lauderdale, Florida, seperti dikutip dari Babycenter, Jumat (18/6/2010).

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan agar si kecil mau mendengarkan orang lain, yaitu:

Usahakan untuk mendekati anak
Terkadang orangtua berteriak dari tempat yang jauh untuk memberitahu anak, hal ini tidak akan memberikan dampak yang efektif. Usahakan untuk berada setara dengan anak misalnya berjongkok atau agak menunduk sehingga bisa melihat mata anak untuk mendapatkan perhatiannya. Kondisi ini akan membantu anak untuk mau mendengarkan orangtuanya.

Berikan pesan yang jelas dan sederhana
Anak-anak akan sulit menemukan pesan yang diinginkan orangtuanya jika kata-kata yang diucapkan bertele-tele atau terlalu panjang. Jika memang tidak ada pilihan bagi anak, maka sebaiknya tidak menggunakan kalimat pertanyaan. Misalnya "Sudah waktunya untuk masuk ke mobil," akan berdampak lebih besar dibandingkan, "Ayo naik ke kursi mobil, sayang?".

Perkuat pesan dengan sering mengulanginya
Pesan yang ingin disampaikan ke anak mungkin tak akan cukup dengan hanya mengucapkannya sekali. Karena itu tak ada salahnya untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan berulang-ulang dengan mengucapkannya, lalu memberi isyarat visual (seperti menjentikkan jari), isyarat fisik (meletakkan tangan di bahu anak dengan lembut) dan mendemonstrasikannya.

Memberikan peringatan
Orangtua bisa memberikan beberapa pemberitahuan terlebih dahulu pada anak sebelum menginginkan perubahan yang besar, terutama jika anak sudah terlihat menikmati kebiasaan tertentu. Peringatan yang diberikan sebaiknya tetap menggunakan kata-kata yang positif dan lembut.

Memotivasi dengan baik
Memberitahu anak dengan berteriak mungkin bisa memberikan hasil, tapi tidak ada yang menikmati proses ini. Sebagian besar anak akan merespons baik ketika orangtua memperlakukannya dengan cara humor, misalnya membuat suara-suara konyol atau menyampaikan pesan sambil bernyanyi. Humor yang baik, kasih sayang dan kepercayaan yang orangtua tunjukkan saat berbicara akan membuat anak mau mendengarkannya.

Jadilah model perilaku yang baik untuk anak
Seorang anak akan meniru tingkah laku dan perkataan dari orang-orang disekitarnya. Karena itu berikan perilaku dan tutur kata yang baik saat berhubungan dengan siapapun, hal ini akan dilihat oleh anak dan membuat anak berpikir bahwa perilaku seperti itulah yang harus dilakukannya.

(ver/up)

Rabu, 16 Juni 2010

Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.

1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3.Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
8.Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
9.Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar t.ujuan-tujuan lain.
10Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
11.Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
12.Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

=============
Sumber : Ahmad Sudrajat

Umpan Balik yang Efektif bagi Siswa

Umpan balik merupakan sebuah proses di kelas yang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti praktik pembelajaran sejak tahun 1970-an hingga sekarang ini. Secara konsisten, para peneliti telah menemukan bukti-bukti bahwa ketika guru mampu menggunakan prosedur umpan balik yang efektif ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya. Bahkan, hasil studi yang dilakukan Bellon, Bellon, dan Blank menunjukkan bahwa dibandingkan dengan berbagai perilaku mengajar lainnya, pemberian umpan balik akademik ternyata lebih berkorelasi dengan prestasi belajar siswa. Dengan tanpa memandang kelas, status sosial ekonomi, ras, atau keadaan sekolah korelasi ini cenderung konsisten. Ketika umpan balik dan prosedur korektif digunakan secara tepat ternyata sebagian besar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya hingga di atas 20% .

Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah dialog instruksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri, dan bukanlah sebuah praktik yang terpisahkan.

Terkait dengan umpan balik yang efektif ini, Black dan Wiliam mencatat tiga komponen penting yaitu:

(1) Recognition of the desired goal.

Umpan balik diberikan sebagai respons atas kinerja siswa. Kinerja siswa adalah kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas berbagai tujuan pembelajarannya. Guru harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai secara jelas dan dapat mengkomunikasikannya pada awal pembelajaran, baik tentang wilayah materi, indikator kurikuler maupun penguasaan tujuan.

Salah satu metode yang cukup efektif untuk memastikan bahwa siswa memahami tujuan pembelajarannya yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam menetapkan “kriteria keberhasilan” yang bisa dilihat atau didengar. Misalnya, guru dapat memperlihatkan beberapa contoh produk sebagai tujuan pembelajaran yang patut ditiru oleh para siswa, menunjukkan kalimat-kalimat yang benar dengan ditulis menggunakan huruf kapital, kesimpulan yang diambil dari data, penyajian tabel atau grafik dan sejenisnya.

Apabila para siswa telah dapat memahami tentang kriteria keberhasilan pembelajarannya, mereka akan terbantu untuk mengarahkan belajarnya dan mereka akan lebih mampu untuk melaksanakan proses pembelajarannnya

Selain memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran, guru juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami indikator dari tingkat penguasaan tujuan pembelajarannya, baik secara lisan, tertulis maupun dalam bentuk lainnya.

(2) Evidence about present position

Istilah ”bukti” di sini menunjuk kepada informasi atau fakta tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, khusunya tentang sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan sejauhmana tujuan pembelajaran itu belum tercapai.

Grant Wiggin mengemukakan bahwa umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian atau celaan, persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan nilai atau makna. Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa yang telah dilakukan dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik juga harus bersifat obyektif, deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat tujuan pembelajaran masih segar dalam benak siswa.

Salah satu cara pemberian umpan balik yang cukup bermakna yaitu dengan membandingkan produk siswa dengan kriteria keberhasilan telah telah dikomunikasikan sebelumnya. Contoh sederhana pemberian umpan balik yaitu dengan membuat sebuah format tentang “Daftar Kriteria Keberhasilan”. Dalam daftar tersebut, guru dapat memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang telah berhasil dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum dipenuhinya.

(3) Some understanding of a way to close the gap between the two.

Umpan balik yang efektif yaitu harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa tentang bagaimana melakukan perbaikan. Black dan Wiliam menegaskan bahwa setiap siswa harus diberi bantuan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Guru tidak hanya memberikan umpan balik yang mencerminkan tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran siswanya, tetapi juga harus dapat memberikan strategi dan tips tentang cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan, serta kesempatan untuk menerapkan umpan balik yang diterimanya.

Wiggins meyakini bahwa melalui siklus umpan balik ini dapat menghasilkan keunggulan kinerja siswa. Oleh karena itu, siswa harus senantiasa memiliki akses rutin terhadap kriteria dan standar-standar tugas yang harus dituntaskannya; mereka juga harus memperoleh umpan balik dalam upaya menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka harus memiliki kesempatan untuk memanfaatkan umpan balik untuk memperbaiki kerjanya serta mengevaluasi kembali terhadap standar

Sumber :

Diterjemahkan dari judul asli : Providing Students with Effective Feedback. Academic Leadership Jounal online Volume 4 – Issue 4 Feb 12, 2007

Senin, 14 Juni 2010

Filosofisi Visi dan Misi UMS

Filosofi
Sebagai bagian dari amal usaha Persyarikatan Muhammadiyah, Universitas
Muhammadiyah Surakarta bertekad menjadikan “Wacana Keilmuan dan
Keislaman” sebagai filosofi penyelenggaraan dan pengembangan institusi pendidikan
tinggi. Penyelenggaraan dan pengembangan Universitas Muhammadiyah
Surakarta berusaha mengintegrasikan antara nilai-nilai keilmuan keislaman
sehingga mampu menumbuhkan kepribadian yang menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.


Visi dan Misi
Perguruan tinggi pada hakikatnya merupakan lembaga yang berfungsi untuk
melestarikan, mengembangkan, menyebarluaskan, dan menggali ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Selain itu, perguruan tinggi berfungsi mengembangkan
kualitas sumberdaya manusia dan menghasilkan jasa-jasa. Dalam era
globalisasi, informasi, dan interpedensi sebagaimana yang telah, sedang, dan
akan berlangsung, peran perguruan tinggi menjadi semakin penting. Dalam era
tersebut keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh kekayaan sumberdaya
alam yang dimilikinya, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas sumber-daya manusia,
penguasaan informasi, serta penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Berkaitan dengan persoalan di atas, eksistensi Universitas Muhammadiyah
Surakarta ke depan ditentukan oleh kemampuannya untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut,
Universitas Muhammadiyah Surakarta perlu secara terus-menerus mempertinggi
daya saing dan daya juang guna mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan
berdasarkan landasan filosofi dan pemikiran di atas Universitas Muhammadiyah
Surakarta merumuskan visi, misi, dan tujuan penyelenggaraan dan pengembangan
sebagai berikut.
Visi:
“Menjadi Kiblat Pengembangan IPTEKS yang Islami dan memberi arah
perubahan “.
Misi:
1. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berdasarkan nilai-nilai
keislaman dalam rangka membangun masyarakat Indonesia sebagai
masyarakat utama; dan
2. Mengembangkan sumberdaya manusia berdasarkan nilai-nilai kislaman dan
memberi arah perubahan dalam rangka membangun masyarakat Indonesia
sebagai masyarakat utama.
10 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Pokok-pokok pikiran tentang visi dan misi di atas dapat dijabarkan sebagai
berikut.
1. Kiblat
Pengertian sebagai kiblat adalah bahwa keberadaan dan produk yang
dihasilkan Universitas Muhammadiyah Surakarta diakui, dibutuhkan dan
dijadikan sebagai rujukan dan alternatif utama oleh masyarakat, baik tingkat
lokal, nasional, regional, maupun internasional.
2. Pengembangan ipteks yang Islami dan memberi arah perubahan
Pengertiannya adalah upaya Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk
mengembangkan ipteks didasarkan nilai-nilai Islam yaitu: tauhid (kesadaran
tentang kesatuan antara pengetahuan dan nilai), ‘ilm (rasional-transendal,
objektif, kritis, inovatif, kreatif, dan terbuka), amanah (kejujuran),
berorientasi pada ‘adl (kesejahteraan manusia), khalifah (ketinggian kodrat
dan martabat manusia), dan istishlah (kesejahteraan alam semesta) dalam
rangka ‘ibadah (pengabdian manusia pada Tuhan). Pengembangan ipteks
bersifat proaktif untuk memberikan arah bagi perubahan ipteks, masyarakat,
bangsa, dan Negara.
Tujuan:
1. Menjadi universitas yang unggul di bidang ilmu pengetahuan, teknologi
seni, dan menghasilkan lulusan berkualitas yang mengamalkan nilai-nilai
Islam
2. Menjadi universitas yang sustainable ( berkelanjutan) dengan tata kelola
yang baik
E. Lokasi
Lokasi utama Kampus UMS terletak di Jl. Ahmad Yani, Pabelan,
Kartasura. Kampus UMS terdiri 4 (empat) lokasi yaitu (i) Kampus I (Kampus
Selatan) yang meliputi Kantor Pusat (Kantor Rektorat dan BAU), BAA, Fakultas
Hukum, Fakultas Geografi, FKIP, Fakultas Agama Islam, Fakultas Farmasi,
Fakultas Ilmu Kesehatan , Auditorium Mohamad Djazman, Masjid ‘Fadlurrahman’,
Griya Mahasiswa, Bank Jateng, Kantor Pos, Lembaga Penelitian dan
Pendahuluan 11
Pengabdian pada Masyarakat, Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID),
Muhammadiyah University Press (MUP), bidang Human Resources Development
(HRD), Quality Assurance Center (QAC), Bidang Information Technology
(IT), Book Store & Computer Shop; (ii) Kampus II (Kampus Utara) dimanfaatkan
untuk Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu
Komunikasi dan Informatika, Program Pascasarjana, Perpustakaan, Radio
Kampus, Laboratorium, Gedung Serba Guna (GOR), Masjid, Fakultas Psikologi,
Biro Konsultasi dan Pemeriksaan Psikologi (BKPP), Muhammadiyah Medical
Center (MMC); (iii) Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Terpadu di desa
Penumping Surakarta dan (iv) Pondok Hajjah Nuriyah Sabran UMS di Desa
Makamhaji. (v) RUSUNAWA untuk bangunan pertama diperkirakan mampu
menampung kurang lebih 800 mahasiswa. Asrama mahasiswa ini terletak di
Desa Gonilan, Kecamatan Kartasura, kabupaten Sukoharjo.
F. Unit-unit Pelaksana Teknis dan Penunjang
1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UMS
adalah unsur pelaksana akademik yang mengkoordinasi, memantau, dan menilai
pelaksanaan kegiatan penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat, serta
mengusahakan dan mengendalikan administrasi sumber daya yang diperlukan.
Fungsi LPPM sebagai lembaga koordinasi yang bertugas mengkoordinasi,
memantau, dan menilai pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian
masyarakat yang dilakukan oleh dosen, baik secara mandiri maupun kelompok.
LPPM juga mengkoordinasi dan memfasilitasi kegiatan penelitian yang bersifat
multi, antar, dan lintas bidang yang diselenggarakan oleh pusat studi yang
bersifat multidisipliner. Di samping itu, berfungsi sebagai pusat konsultasi
persoalan-persoalan pengembangan masyarakat, terutama berkaitan dengan
konsultasi kewirausahaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah.
Pusat studi yang menangani penelitian yang bersifat multidisiplin adalah:
(1) Pusat Studi Kependudukan, (2) Pusat Studi Gender, (3) Pusat Studi
Lingkungan, dan (4) Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial. Adanya pusatpusat
studi itu dimaksudkan agar dalam pengembangan penelitian terdapat
kerja sama kelembagaan dan kekhasan berdasarkan fungsinya. Fungsi pusat
12 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
studi pada hakikatnya adalah sebagai wadah yang tidak hanya menampung
berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian dosen dari berbagai bidang ilmu,
program studi dan fakultas di lingkungan UMS, melainkan juga sebagai ujung
tombak keberadaan dan peran Universitas Muhammadiyah Surakarta terutama
dalam hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
Kegiatan pengabdian masyarakat ditekankan pada peningkatan kualitas
hidup masyarakat, khususnya kaum dhua’fa dalam kerangka pembentukan
keluarga sakinah pada masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Aplikasi keilmuan
yang dikembangkan mencakup aplikasi teknologi tepat guna dan sederhana
serta peningkatan kualitas sumber daya masyarakat pedesaan dalam bentuk
penyuluhan dan pelatihan, penanganan pendidikan di luar sekolah khususnya
yang berkaitan dengan dakwah Islamiyah, pengembangan wilayah, dan
sebagainya. Untuk menangani pengabdian kepada masyarakat, di LPPM UMS
terdapat 4 pusat studi, yaitu: (1) Pusat Pelayanan dan Pendidikan Masyarakat,
(2) Pusat Penerapan dan Pengembangan Teknologi, (3) Pusat Kewirausahaan
(Pusat Pengembangan Karier dan Penempatan Kerja), dan (4) Pusat HaKI (Hak
atas Kekayaan Intelektual).
a. Pusat Studi Kependudukan (PSK)
Pusat Studi Kependudukan adalah Pusat Studi yang menekankan kajian
pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan struktur penduduk,
ketenagakerjaan, industri kecil, sektor informal, kehidupan kaum dhua’fa, upaya
pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, kewiraswastaan,
dan perubahan masyarakat. Keanekaragaman persoalan yang
menjadi kajian PSK menjadikan kegiatan penelitian yang dilakukan bersifat
antar, multi, dan lintas bidang dari berbagai disiplin. Dalam hal penelitian PSK
bisa merupakan kerja sama para dosen dari berbagai disiplin ilmu.
b. Pusat Studi Gender
Pusat Studi Gender adalah pusat studi penelitian antar, multi, dan lintas
bidang yang menekankan penelitian pada persoalan kewanitaan yang mencakup
kebutuhan dan potensi wanita; kedudukan dan peningkatan peran, harkat, dan
martabat wanita dalam berbagai sektor kehidupan, baik dalam bidang sosial,
Pendahuluan 13
ekonomi, politik, pendidikan, agama, dan kesenian; ideologi dan pandangan
hidup wanita, serta fenomena lain yang terkait dengan kehidupan wanita.
c. Pusat Studi Lingkungan (PSL)
Pusat Studi Lingkungan (PSL) bertugas menyelenggarakan penelitian
dan pengkajian tentang persoalan-persoalan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan hidup yang di antaranya mencakup pertumbuhan dan tata kota, ISO
(International Standard Organization), pengelolaan terpadu limbah industri,
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan, reboisasi, pemetaan
area industri, cagar alam dan budaya, pengelolaan keanekaragaman hayati,
pemanfaatan lahan kering, budi daya varietas unggul tanaman langka, dan
sebagainya. Namun demikian, sesuai dengan misi dan visi UMS, penanganan
persoalan tersebut difokuskan pada daerah-daerah Surakarta dan sekitarnya. ”
d. Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSB-PS)
Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial bertugas menyelenggarakan
penelitian dan pengkajian tentang persoalan dan fenomena yang terkait dengan
kebudayaan dan kesenian yang mencakup perkembangan pandangan hidup
masyarakat; paradigma budaya; ideologi dan filosofi keberadaan, kedudukan
dan peran masyarakat; interaksi nilai dan tradisi; penggalian, pelestarian, dan
reaktualisasi tradisi budaya dan kesenian hubungannya dengan modernisasi,
industrialisasi, dan perkembangan iptek. Karena secara geografis UMS berlokasi
di Surakarta (pusat budaya Jawa) dan secara kultural berada di dalam masyarakat
Jawa, maka pengembangan Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial
adalah pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh masyarakat Surakarta.
e. Pusat Studi Arsitektur Islam
Pusat studi Arsitektur Islam merupakan unit penunjang akademik yang
mengkonsentrasikan program kerjanya untuk mengembangkan penelitian, kerjasama
dan katifitas kreatif terkait dengan arsitektur Islam tingkat lokal, nasional
dan regional. Pusat Studi ini dalam melaksanakan aktivitasnya di bawah
koordinasi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UMS.
14 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
f. Pusat Studi Ekonomi Islam
Pusat Studi ini merupakan unit penunjang akademik di bawah koordinasi
Dekan fakultas Ekonomi. Pusat Studi Ekonomi Islam memusatkan kajiannya
pada permasalahan Ekonomi Islam, baik yang bersifat interdisipliner, monodisiliner,
maupun transdisipliner.
g. Pusat Studi Kawasan (PSK)
Pusat Studi Kawasan dalam melaksanakan program-program kerjanya
di bawah koordinasi Wakil Rektor I. Pusat Studi ini mengkonsentrasikan bidang
kajiannya untuk Kajian Barat, Kajian Asia Timur, dan Kajian Timur Tengah, yang
memiliki relevansi dengan jurusan/program studi/fakultas di lingkungan UMS,
baik bersifat interdisipliner, monodisipliner dan transdisipliner.
h. Pusat Studi Health Education & Ligitation Program (PS-HELP)
Pusat Studi HELP merupakan unit kerja yang memusatkan perhatiannya
pada pergkajian ilmu pengetahuan, teknologi, ekologi dan kratologi kesehatan
secara profetik, alternatif, maupun tradisional. PS HELP ditekankan pada
penangnan kasus dan fenomena kesehatan melalui action, promotif, protektif,
dan advokasi. Pusat studi ini melaksanakan program kerjanya di bawah wakil
rektor I.
2. Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar
a) Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID)
Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Dasar (LPID) adalah lembaga tingkat
universitas di bawah koordinasi Wakil Rektor IV, yang menfokuskan pada
pengembangan keislaman dan kemuhammadiyahan serta ilmu-ilmu dasar yang
terrangkum dalam mata kuliah umum. Oleh karena itu, di samping lembaga ini
menjadi pengembang keislaman dan kemuhammadiyahan juga membawahi
Departemen Mentoring Al-Islam /Kemuhammadiyahan dan Departemen Mata
Kuliah Umum (MKU).
Visi LPID adalah menjadi pusat pengembang kepribadian muslim yang
bermuhammadiyah dan berwawasan kebangsaan dengan mengintegrasikan ilmu
dan amal. Adapun misi LPID adalah:
Pendahuluan 15
a. Menyelenggarakan pendidikan keislaman perspektif Muhammadiyah dalam
rangka terwujudnya kampus UMS yang Islami;
b. Mengembangkan ilmu-ilmu pengembangan kepribadian; dan
c. Melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat tentang keislaman dan
kemuhammadiyahan.
Program LPID diarahkan pada penguatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan,
baik bagi mahasiswa maupun dosen dan karyawan di lingkungan kampus,
yang dilakukan dalam bentuk Baitul Arqam, Mentoring, pengajian, kajian intensif
keislaman, konsultasi keagamaan, penyediaan buku-buku keislaman, pelatihanpelatihan
(Mubaligh/Mubalighah, Khatib Jum’at/’Id, Hisab dan Ru’yah) dan
aktivitas lain yang dapat menopang terciptanya lingkungan yang kondusif untuk
terwujudnya kampus Islami yang diwarnai oleh ilmu amali dan amal ilmi. Di
samping itu, mengarahkan program pengembangan kepribadian yang
berwawasan kebangsaan melalui penyediaan dosen-dosen MKU, kajian-kajian,
dan buku-buku penunjang.
b) LANGUAGE CENTER (LC)
Visi LC:
Sebagai Pusat Unggulan (Center of Excellence) dalam pelatihan dan
pengembangan bahasa Inggris yang berkualitas, inovatif, Islami, dan mampu
memenuhi tuntutan perkembangan zaman
Misi LC
a. Menyelenggarakan pendidikan Bahasa Inggris MKU yang berkualitas,
inovatif, dan relevan dengan tuntutan zaman;
b. Menyelenggarakan pelatihan Bahasa Inggris dan English pedagogy yang
berkualitas, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan profesional; dan
c. Mengembangkan profesionalisme pendidikan dan pendidik Bahasa Inggris
16 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Tujuan LC
1. Membekali lulusan dengan:
1) English Communicative Competence; Mahasiswa mampu membuat
text secara lisan dan tulis; dan
2) Score TOEFL like minimal 400
2. Membekali peserta pelatihan dengan:
1) English Communicative Competence secara lisan/tulis,
2) English knowledge yang relevan dengan profesinya, dan
3) English pedagogical Skill yang relevan dengan profesinya.
3. Menghasilkan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan warga dunia
Tugas & Tanggung Jawab LC
1. Sebagai Penyelenggara dan Mengatur Perkuliahan Bahasa Inggris MKU (4
SKS: Semester I & II) untuk seluruh Universitas
2. Sebagai Penyelenggara dan Pengelola Learning Resource Center untuk
Pelatihan Bahasa Inggris dan English Pedagogy bagi:
1. Dosen,
2. Karyawan,
3. Mahasiswa, dan
4. Umum.
I. Penyelenggara MKU Bahasa Inggris
1. Melaksanakan Perkuliahan MKU Bahasa Inggris 4 SKS
(SKS dalam Kurikulum diserahkan pada masing-masing Jurusan);
2. Membina, mengembangkan dosen/Tutor Pengampu MKU Bahasa
Inggris;
3. Mengembangkan Materi Perkuliahan MKU Bahasa Inggris; dan
4. Penyelenggaraan perkuliahan berkoordinasi dengan masing-masing
Ketua Jurusan (jadual, ujian, dll)
Pendahuluan 17
BAHASA INGGRIS MKU
A. Bahasa Inggris I/ Smt I (English for Academic Purposes)
Subject : EAP (sesuai dengan bidang Studi Masing-masing)
Tujuan : English Literacy (Reading, Speaking, Writing)
Metode : Text-Based Approach (Oral & Written Cycle through
4 Stages:
Building Knowledge of Text
Text Modeling of Text (Optional)
Joint Construction of Text
Independent Construction of Text
Test
Mid : 10 Minute Oral (Presentation)
Final : Written (4 paragraph Essay)
Gagal : Mengulang
Model Perkuliahan Bahasa Inggris I (EAP)
1. Language in Focus
2. Reading Comprehension
3. Oral Task
4. Written Task
UTS : 10 Minutes Oral Presentation
UAS : Written: 4 paragraph Essay
B. Bahasa Inggris II/Semester II (TOEFL Like Practice Test)
Subject: 6 series TOEFL Like Practice Test
Tujuan : Nilai score 400 (Passing Grade)
18 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Metode : Sesi 1: Practice Test 1 Scoring
Sesi 2: Pembahasan & Discussion, dll
Sesi 3: Practice Test 2 à Scoring
Sesi 2 : Pembahasan & Discussion, dll dan seterusnya sampai sesi 12
(Practice Test 6/ 1smt)
Test : TOEFL Like à passing Grade 400
Gagal : Mengulang
Note : Tidak ada Korelasi antara Bahasa Inggris I&II
English Score Tight Policy:
Mengingat pembelajaran Bahasa Inggris hanya 2 semester, LC akan memperkuat
dalam perannya sebagai:
- Facilitator,
- Monitor,
- Evaluator,
- Provider, dan
- Counselor.
Mahasiswa diharapkan menjadi autonomous learners; lebih banyak belajar &
berlatih secara mandiri/kelompok di luar kelas
3. Quality Assurance Center (QAC), Information Technology (IT), dan
Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional (P3AI)
Pusat Pengendalian Mutu yang tahun lalu ditangani Departemen
Kerjasama dan Pengendalian Mutu (DKPM), sekarang ditiadakan dan kegiatannya
langsung di bawah koordinasi Wakil Rektor Bidang Akademik meskipun
tugas dan kewenangannya tetap diserahkan kepada masing-masing manajer
atau pimpinan unit. Tugas utamanya tidak jauh berbeda seperti ketika masih
dengan wadah DKPM, yaitu mengkoordinasikan kebutuhan dan pelayanan teknologi
informasi dan komunikasi terhadap unit-unit di lingkungan UMS dan secara
umum tujuannya untuk meningkatkan kualitas layanan kepada stakeholders,
mengintegrasikan unit-unit kerja di lingkungan UMS dan membentuk cybercampus
guna mendukung kegiatan-kegiatan akademik dan manajemen dengan
Pendahuluan 19
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, meningkatkan standard mutu
PBM untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan stakeholder dan
pasar kerja, meningkatkan publikasi, promosi, pemasaran dari produk-produk
UMS, dan meningkatkan kerjasama akademik dan non akademik dengan
lembaga lain.
4. Human Resources Development (HRD)
Unit Kerja ini di bawah koordinasi wakil Rektor I, Wail Rektor II dan Wakil
Rektor IV yang bertugas merumuskan standar kualifikasi rekruitmen dosen
maupun karyawan, merancang mekanisme pengembangan sumber daya
manusia, melakukan analisis jabatan dalam rangka menyusun formasi kebutuhan
SDM, dan melaksankan evaluasi kinerja SDM.
Di samping tugas-tugas tersebut, Unit kerja HRD bertugas melakukan
sosialisasi budaya dan nilai organisasi, mengkoordinasikan pelatihan-pelatihan,
dan merumuskan program pengembangan SDM yang inovatif.
5. Unit Maintenance
Unit Maintenance merupakan unit kerja yang bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan asset Universitas, baik bangunan, instalasi, maupun tata lingkungan.
Unit ini bertugas meningkatkan kualitas dan kuantitas kenyamanan
fasili-tas pembelajaran dan perkantoran yang ada di lingkungan UMS.
Unit maintenance dipimpin oleh seorang Manajer dengan membawahkan
Asisten Manajer Bidang Bangunan (building) dan Asisten Manajer Bidang Taman
dan Tata Lingkungan. Unit Maintenance melaksanakan tugasnya di bawah
koordinasi Wakil Rektor II.
6. Perpustakaan
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berdiri sejak
18 September 1958 bersamaan dengan berdirinya IKIP Muhammadiyah
Surakarta sebagai cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Seiring
dengan perubahan status IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, perpustakaan mengalami perubahan dan perkembangan
yang cukup signifikan. Perpustakaan menempati gedung baru berlantai
empat dengan luas kurang lebih 4.000 meter persegi, dan terus berupaya dengan
20 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
keras untuk menjadi mitra yang handal bagi seluruh civitas akademika dan
masyarakat sekitar.
Jumlah total koleksi buku teks dan buku rujukan yang dimiliki Perpustakaan
UMS sampai dengan tahun 2009 mencapai 121.661 eksemplar. Adapun
jumlah koleksi jurnal cetak 3.508 issue terdiri dari 1183 jurnal berbahasa
Indonesia dan 1137 jurnal berbahasa asing,4.335 majalah, 453 tesis, 5 desertasi,
11.174 makalah penelitian, 776 tugas akhir, 245 CD, 35 DVD, 43 VCD, 70
paket software, dan 307 kliping. Selain jurnal cetak, Perpustakaan UMS telah
melanggan jurnal online ProQuest yang mencakup lebih dari 2000 jurnal ilmiah
internasional.
Jam Buka Perpustakaan
Senin s.d. Kamis : 07.00 – 17.30
Jumat : 07.00 – 11.00
13.00 – 17.30
Sabtu : 07.00 – 12.00
Macam Layanan dan Fasilitas
Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi terdapat di lantai 1 (untuk peminjaman) dan lantai 2 (untuk
pengembalian). Peminjaman hanya diberikan untuk lokasi buku-buku teks yang
ada di lantai 2. Proses peminjaman dan pengembalian menggunakan software
Koha, yaitu software perpustakaan yang berbasis internet. Adapun rincian
peminjaman koleksi buku teks dari masing-masing jenis keanggotan yang ada
adalah sebagai berikut :
Jenis Anggota Jumlah Pinjaman (Kriteria) Batas Waktu Keterangan
Mahasiswa S1 dan D3 5 Buku (2 Indonesia/3 Asing) 7 hari Dapat diperpanjang 1 kali*
Mahasiswa S2 6 Buku (3 Indonesia/3 Asing) 2 Minggu Dapat diperpanjang 1 kali*
Dosen & Karyawan Tetap 8 Buku (5 Indonesia/3 Asing) 6 Bulan Tidak dapat diperpanjang
Pendahuluan 21
perpanjangan dilakukan sebelum habis waktu pinjam.
Layanan Administrasi
Memberikan beberapa layanan yang meliputi keanggotaan, bebas pinjam
perpustakaan, surat-menyurat, dan penyerahan karya ilmiah.
Layanan Internet
Adalah layanan yang diberikan kepada users untuk mengakses berbagai
informasi dari berbagai sumber di internet. Saat ini tersedia 23 unit komputer
yang terhubung satu sama lain dan dapat digunakan untuk akses internet secara
cepat. Ruang layanan internet ini dapat dimanfaatkan oleh users atau masyarakat
umum yang ingin mengadakan acara pelatihan internet atau acara-acara
lain yang membutuhkan fasilitas internet.
Layanan KKI
Layanan Koleksi Karya Ilmiah (KKI) adalah layanan yang diberikan kepada
users, berkaitan dengan hasil-hasil penelitian (bentuk cetak) yang dilakukan
civitas akademika. Layanan KKI ini digunakan oleh users sebagai bahan rujukan
untuk mengembangkan dan menulis penelitian-penelitian yang baru. Koleksi
layanan KKI ini hanya bisa dibaca di tempat dan tidak dapat difotokopi.
Layanan Multimedia (Audio Visual)
Layanan multimedia (audio visual) adalah layanan yang secara langsung
bersentuhan dengan TI. Koleksi audio visual yang dimiliki adalah dalam bentuk
kaset, CD, VCD dan DVD. Termasuk dalam layanan ini adalah layanan CD
ROM dan TV kabel.
Dosen & Karyawan
Kontrak/reguler
6 Buku (3 Indonesia/3 Asing) 1 Bulan Tidak dapat diperpanjang
Dosen & Karyawan
Studi lanjut
10 Buku (7 Indonesia/3 Asing) 6 Bulan Tidak dapat diperpanjang
22 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Layanan Referensi
Layanan referensi adalah layanan yang diberikan kepada users, yang
bertujuan untuk membantu mereka dalam penelusuran informasi rujukan.
Layanan Koleksi Periodikal
Layanan koleksi periodikal yang dimiliki perpustakaan UMS ini memberikan
informasi tentang wacana ilmu pengetahuan yang up to date dari sumbersumber
tercetak yang ada, seperti majalah, jurnal, buletin dan surat kabar.
Layanan Koleksi Cadangan
Layanan koleksi cadangan adalah layanan yang menyediakan koleksi
buku-buku teks yang merupakan cadangan dari seluruh judul yang dimiliki
perpustakaan UMS. Tujuan dari layanan ini adalah prinsip ketersediaan
(accessability) buku-buku teks (informasi) bagi users.
Layanan Koleksi Khusus
Layanan koleksi khusus yang dimiliki Perpustakaan UMS adalah Koleksi
(alm) Bapak Djazman Alkindi dan Koleksi Kitab Berbahasa Arab.
Fotokopi
Layanan fotokopi disediakan bagi users yang ingin memfotokopi koleksi
yang ada di perpustakaan dengan ketentuan yang berlaku di perpustakaan.
OPAC (Online Public Access Catalog)
Layanan yang disediakan oleh perpustakaan untuk users dalam menelusur
seluruh koleksi yang ada di Perpustakaan UMS
7. Laboratorium
Laboratorium merupakan unsur penunjang proses pendidikan. Namun
demikian, laboratorium yang dimiliki UMS juga digunakan sebagai pusat riset
keilmuan di luar proses pendidikan. Laboratorium yang dimiliki UMS antara
lain: Laboratorium Motor Bakar, Mekanika Tanah, Pengindraan Jarak Jauh,
Teknik Listrik, Fisika, Elektro, Matematika, Bahan Konstruksi Tanah, Beton,
Pendahuluan 23
Biologi, Pompa dan Mekanika Floida, Geomorfologi, Ukur Tanah, CNC, CATIA,
Hidrologi, Gizi Klinik, Teknologi Pangan, Mikro Biologi, Parasitologi, Gizi Kuliner,
Mikrobiologi Pangan, Kimia Makanan, Kimia Lingkungan, Bio-kimia, Bahasa,
Bimbingan Konseling, Psikologi, Hukum, Komputer, Akuntansi, Manajemen,
Perbankan, dan Micro Teaching. Di samping itu, pada tahun 2007 mulai
dioperasikan Laboratorium Terpadu untuk Fakultas Kedokteran yang berlokasi
di Penumping Surakarta.
8. Penerbitan
Untuk mengkomunikasikan produk keilmuan pada masyarakat, UMS telah
mempunyai Badan Penerbit, yaitu Muhammadiyah University Press (MUP).
Tugas pokok MUP adalah mendokumentasikan, menggandakan, menyebarluaskan,
dan memasarkan produk keilmuan yang dihasilkan oleh civitas
akademika UMS dan atau pakar di luar UMS dalam bentuk buku. Produk
keilmuan yang dimaksud bisa berupa hasil pengembangan teori, riset mandiri,
seperti tesis dan disertasi, riset hasil kerjasama, hasil suntingan kegiatan
keilmuan yang dilakukan UMS, hasil terjemahan, dan buku teks untuk pegangan
kuliah. Buku-buku terbitan MUP dapatlah disebut sebagai ujung tombak dalam
mengangkat citra dan kredibilitas keilmuan UMS dalam masyarakat.
Buku-buku yang diterbitkan MUP dipasarkan melalui beberapa jaringan
toko seperti Toko Buku Gramedia (seluruh Indonesia); Toga Mas, Social
Agency, Gapura, Raja Murah, TB Gunung Agung, TB Aneka Ilmu, TB Sekawan,
TB Budi Laksana, TB Anggrek, dan Counter MUP UMS. Di samping itu, beberapa
pameran telah diikuti MUP di antaranya di World Trade Center Surabaya, JHCC
Jakarta, Book Fair di Tokyo, Book Fair di Kualalumpur, dan beberapa pameran
lainnya.
9. Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah yang dimiliki UMS adalah media komunikasi keilmuan yang
dikelola Universitas maupun Fakultas. Jurnal ilmiah yang dimaksud adalah jurnal
ilmiah yang berbentuk majalah, baik yang dimiliki oleh dosen maupun
mahasiswa.
24 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Jurnal berkala ilmiah diterbitkan sebagai wahana dokumentasi dan
publikasi ilmiah produk keilmuan dan/atau hasil-hasil penelitian dan pengabdian
di lingkungan UMS. Sampai dengan tahun 2008 ini, jurnal berkala ilmiah yang
diterbitkan di lingkungan UMS dapat dikatakan banyak, yakni 37 buah. Dari
jumlah tersebut, 11 jurnal di antaranya telah memperoleh status terakreditasi
nasional oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, Pusat
Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI, dan Kantor Menteri Negara Riset dan
Teknologi. Predikat ini dapat dinyatakan dalam persentase tinggi (29%). Hal
demikian didasarkan hasil akreditasi jurnal ilmiah PT oleh Ditjen Dikti sejak tahun
2003 hingga akhir tahun 2008, dari 3.650 lebih jurnal berkala ilmiah yang tercatat
di PDII LIPI, baru mencapai 371 jurnal ilmiah (10,1 %) yang terakreditasi. Nama
dan jenis berkala yang diterbitkan di lingkungan UMS mengacu pada penonjolan
bidang ilmu bukan nama lembaganya. Pemfokusan bidang ilmu tersebut didasarkan
jurusan/fakultas yang ada di lingkungan UMS.
PENERBIT, NAMA BERKALA, DAN PENGELOLA
JURNAL BERKALA ILMIAH
No. Nama Penerbit Nama Jurnal Bidang Keilmuan Terbit
perdana Predikat
1. FKIP Varidika Pendidikan 1988 Acredited
2. FKIP/Jur PBS Kajian Lingusitik dan
Sastra
Linguistik 1988 Proses
Akreditasi
3. FKIP/Jur. IPS Kajian Ilmu Sosial Ilmu Sosial 1990 Proses
Akreditasi
4. FKIP/Jur. MIPA Mipa MIPA 1990 Proses
Akreditasi
5. F. Geografi Forum Geografi Geografi 1987 Acredited
6. FAI Suhuf Pengembangan
Kajian Keislaman
Agama 1989 Proses
Akreditasi
7. Fak. Ekonomi Empirika Ekonomi 1988 Proses
Akreditasi
8. FE/Jue. ESP Jurnal Ekonomi
Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
2000 Acredited
Pendahuluan 25
No. Nama Penerbit Nama Jurnal Bidang Keilmuan Terbit
perdana Predikat
9. FE/Jur. Akuntansi Jurnal Akuntansi Ekonomi Akuntansi 2002 Acredited
10. FE’Jur. Manajemen Benefit Ekonomi
Manajemen
2000 Proses
Akreditasi
11. Magister Studi Islam
Pascasarjana
Profetika Sosial Keagamaan 1999 Proses
Akreditasi
12. Program MM
Pascasarjana
Daya Saing Ekonomi
Manajemen
2000 Proses
Akreditasi
13. Lembaga Pengabdian
Masyarakat
Warta Pengabdian Ipteks,
Vucer, VMY, KWU,
UJI SIBERMAS
Maret
1998
Proses
Akreditasi
14. Lembaga Penelitian Penelitian Ilmu
Sosial
Ilmu Sosial 2000 Proses
Akreditasi
15. Lembaga Penelitian Sains & Teknologi Rekayasa dan
Teknik
2000 Proses
Akreditasi
16. Lembaga Penelitian Humaniora Penelitian
Humaniora
2000 Proses
Akreditasi
17. Language Center Humanity Humanora 2000 Proses
Akreditasi
18. Fakultas Teknik Gelagar Teknik Sipil 1991 Acredited
19. UMS Akademika Kajian
Kebudayaan
Humaniora 1982 Proses
Akreditasi
20. F. Psikologi Indigenous Psikologi 1990 Proses
Akreditasi
21. F. Farmasi Pharmacon Farmasi 2000 Proses
Akreditasi
22. D-III Kesehatan Infokus Kesehatan 1998 Proses
Akreditasi
23. F. Hukum Jurnal Ilmu Hukum Hukum 1998 Proses
Akreditasi
24. F. Hukum Jurnal Penelitian
Hukum
Penelitian Hukum 2000 Proses
Akreditasi
25. PSL Buletin Lingkungan Ilmu Lingkungan 2000
26 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Di samping penerbitan jurnal yang dikelola dosen, terdapat penerbitan
yang dikelola mahasiswa di antaranya: PABELAN, Tabloid PABELAN POS
(Lembaga Penerbitan Kampus Mahasiswa), BALANCE (Senat Fakultas
Ekonomi), FIGUR (Senat FKIP), JUSTISSICA (Senat Fakultas Hukum),
KONTUR (Senat Fakultas Teknik), GLOBE (Senat Fakultas Geografi), PSICHE
(Senat Fakultas Psikologi), ISLAMIKA (Senat FAI), Tabloid USHULUDDIN
(Mahasiswa Jurusan Ushuluddin), INFO UMS (Humas UMS), dan SHABRAN
(Pondok Nuriyyah Shabran).
No. Nama Penerbit Nama Jurnal Bidang Keilmuan Terbit
perdana Predikat
26. Pondok Shobron Shobron 1998
27. FT/Jur Mesin Media Mesin Teknik Mesin 2000 Proses
Akreditasi
28. FT/Jur. Teknik Sipil Dinamika Teknik
Sipil
Teknik Sipil 2001 Accredited
29. FT/Jur. Arsitek Sinektika Arsitektur 2001 Proses
Akreditasi
30. Perpustakaan Pusat Suara Pustaka Resensi Buku 1994
31. FT/Jur. Teknik Kimia Teknologi Proses
Kimia
Teknik Kimia 2003 Proses
Akreditasi
32. FT/Jur. T. Industri Jurnal Teknik Industri Teknik Industri 2002 Proses
Akreditasi
33. FT/Jur. T. Elektro Emitor Elektro 2002
34. FAI Israqi Islam 2002 Proses
Akreditasi
35. LSI Tajdida Agama 2003 Proses
Akreditasi
36. Magister Hukum
Pasca Sarjana
Jurisprudensi Ilmu Hukum Juni
2002
37. Magister Teknik
Pasca Sarjana
Eka Rekayasa Teknik 2004
38. Magister Pendidikan Manaj. Pendidikan Pendidikan 2005

Sejarah Singkat Universitas Muhammadiyah Surakarta

A. Sejarah Singkat UMS
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) adalah lembaga pendidikan
tinggi di bawah persyarikatan Muhammadiyah. UMS berdiri berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0330/O/1981 tanggal
24 Oktober 1981 sebagai perubahan bentuk dari IKIP Muhammadiyah Surakarta.
Sebelum menjadi UMS, secara kelembagaan UMS berasal dari Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta
Cabang Surakarta yang didirikan pada tahun 1957. Para perintisnya antara lain
Ibu Sudalmiyah Suhud Rais, Bapak Radjab Bulan Hadipurnomo, Bapak
Muhammad Syafa’at Habib, Ibu Sulastri Gito Atmodjo, dan KH Syahlan Rosyidi.
Pada tanggal 18 September 1958, lembaga tersebut diresmikan oleh
Bapak Wali Kota Madya Surakarta H.M Shaleh Werdhisastro. Pada saat
diresmikan. Perguruan Tinggi ini baru memiliki 51 mahasiswa, 6 orang karyawan,
dan 7 orang dosen. Asset tersebut modal awal berdirinya FKIP Universitas
Muhammadiyah Jakarta Cabang Surakarta yang berlokasi di Jalan Overste
Sudiarto Nomor 60 Surakarta.
Sebagai Dekan (Rektor saat itu) adalah Prof. Drs. Abdullah Sigit, Guru
Besar Universitas Gadjah Mada dan sekretarisnya Bapak Drs. M. Syafa’at Habib.
Adapun jurusan yang dibuka adalah Pendidkan Umum, Ekonomi Umum dan
Islamic Studies-Pendidikan Agama Islam— tingkat Sarjana Muda dengan status
terdaftar.


Pada tahun 1963 jurusan-jurusan tersebut mendapatkan Status disamakan
(mendapatkan penghargaan sama dengan ijazah perguruan tinggi negeri
yang setaraf untuk tingkat Sarjana Muda) berdasarkan surat keputusan Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor 106/A tahun 1963.
Pada tahun 1965 FKIP Muhammadiyah Cabang Surakarta mendapatkan
ijin untuk berdiri sendiri dan menjadi dua lembaga Pendidikan Tinggi, yaitu Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Surakarta, di bawah koordinasi
Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan dan Institut Agama
Islam Muhammadiyah (IAIM) di bawah koordinasi Departemen Agama. IKIP
Muhammadiyah Surakarta berdiri dengan jurusan-jurusan Pendidikan Umum
(PU), Ekonomi Umum (EU) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan
tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 337/B-SWT/1965, dan IAIM dengan jurusan
Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam dan Jurusan Ushuluddin/Perbandingan
Agama bersadarkan Keputusan Menteri Agama nomor 21 tahun 1966.
Pada tahun 1967 IKIP Muhammadiyah Surakarta menambah satu jurusan
yaitu Civic Hukum (CH) dengan status Terdaftar dan mendapatkan ijin sebagai
induk Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang terdiri dari IKIP
Muhammadiyah Klaten, Magelang, Kudus, Purwokerto, Kebumen, Wates,
Temanggung, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Banjarnegara, Prambanan,
Purbalingga, Wonosari, dan Sragen. Setelah berkembang, cabang-cabang
tersebut akhirnya berdiri sendiri menjadi perguruan tinggi yang mandiri, seperti
IKIP Muhammadiyah Purwokerto, IKIP Muhammadiyah Purworejo, dan IKIP
Muhammadiyah Magelang.
Pada tahun 1979, Drs. H. Mohamad Djazman, Rektor IKIP Muhammadiyah
Surakarta saat itu, memprakarsai berdirinya Universitas Muhammadiyah
Surakarta dengan menggabungkan IKIP Muhammadiyah Surakarta dan IAIM
Surakarta. Prakarsa tersebut kemudian terwujud dengan turunnya SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0330/O/1981 tentang berubahnya status
IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sebagai pemantapan institusi, UMS mengelola beberapa fakultas, yaitu
FKIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, dan Fakultas Agama
Islam (FAI). Pada tahun 1983/1984, UMS menambah lagi Fakultas baru
yaitu Fakultas Psikologi dan Fakultas Geografi.
Pendahuluan 3
Sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat, beberapa
fakultas dikembangkan dengan membuka jurusan baru, seperti Fakultas Ekonomi
dengan Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Teknik dengan
Jurusan Teknik Arsitektur, Elektro, Teknik Kimia, dan Teknik Industri. Pada
tahun 1993/1994 UMS membuka program Pendidikan Ahli Madya Kesehatan
(D3) dengan Jurusan Keperawatan, Fisioterapi, Gizi, dan Kesehatan Lingkungan.
Tahun 1995/1996 membuka Program Pasca Sarjana dengan program Magister
Studi Islam (MSI). Selanjutnya, pada tahun 1999 dibuka Fakultas Farmasi dan
Magister Manajemen (MM) serta tahun 2001 membuka Magister Ilmu Hukum,
Teknik Sipil, dan Manajemen Pendidikan. Pada tahun 2003/2004 dibuka program
S1 dan D4 Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, dengan jurusan Kesehatan
Masyarakat, Keperawatan, Fisioterapi, dan menyusul dibuka program studi
Pendidikan Dokter tahun akademik 2004/2005. Pada perkembangannya empat
program studi terakhir ini diintegrasikan dengan program D-3 Kesehatan dengan
nama Fakultas Ilmu Kedokteran. Pada tahun 2005, UMS mendapat ijin untuk
membuka program Magister Psikologi dan disusul program Magister Pengkajian
Bahasa tahun 2006. Pada tahun 2006, FKIP membuka jurusan baru Program
D2 Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK) yang kemudian berkembang
menjadi Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jenjang S1. Pada
tahun 2006 juga dibuka Fakultas Komunikasi dan Informatika dengan satu
jurusan yaitu Ilmu Komunikasi, disusul dibukanya jurusan Teknik Informatika
(Perangkat Lunak) pada tahun 2007. Pada tahun 2007 FKIP juga membuka
jurusan baru, yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada Tahun 2007
juga ditandai langkah UMS menuju universitas kelas dunia, yaitu dengan
dibukanya program Internasional kerjasama UMS dengan Kingston University
di Inggris untuk program studi automotive engineering. Hingga saat ini UMS
mengelola 41 (empat puluh satu) program studi dan 4 (empat) Program Rintisan
Standar Internasional. Keempat Program tersebut adalah Pendidikan Matematika,
Pendidikan Akuntasi, Pendidikan Biologi, Program Studi Teknik Informatika,
Program Studi Ekonomi Akuntansi dan program Studi Manajemen. Untuk
Program Rintisan Standar Internasional program studi di pendidikian dimulai
semester V sementara program studi non kependidikan dimulai sejak semester
I. Di samping itu, UMS menyelenggarakan pendidikan profesi, seperti profesi
4 Buku Pedoman Tahun Akademik 2009/2010
Apoteker, Psikologi, Advokat, Ners, dan Guru. Landasan untuk menuju universitas
kelas dunia semakin kuat dengan masuknya UMS dalam kelompok 50
Promissing Indonesian Universities menurut versi Dirjen Dikti tahun 2006.
Pada tahun 2008 UMS mempunyai empat prestasi yang membanggakan.
Pertama UMS terakreditasi secara institusi dengan nila B (baik), berdasarkan
Surat Keputusan No. 148/BAN/PT/SK/AI PT/III/2008 tertanggal 11 Maret 2008.
Kedua, berdasarkan Permendiknas nomor 19 tahun 2008 tertanggal 6 Juni 2008
tentang Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Dosen (PTP Serdos), UMS
ditunjuk sebagai penyelenggara Sertifikasi Dosen (Serdos), dengan kategori
PTP Serdos Mandiri. Ketiga, 24 Dosen UMS mendapatkan hibah dari Dikti
untuk studi lanjut S- 2 dan S-3 ke Luar Negeri, Kanada, Eropa, dan Australia.
Keempat, mahasiswa UMS, Dita Restya, memenangkan Lomba Karya Ilmiah
Mahasiswa Tingkat Nasional dengan meraih juara pertama mengalahkan peserta
dari PTN dan PTS di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2009 UMS meraih bebarapa prestasi yang juga membanggakan,
antara lain: UMS masuk peringkat 35 terbaik PTN dan PTS di Indonesia
versi Webometrics. Sebanyak 18 dosen meraih hibah dari Dikti untuk studi
lanjut ke jenjang S-2 dan S-3 ke Australia dan Inggris. Prestasi lain, setelah
robot UMS menjadi pemenang favorit di ajang pameran pendidikan “Education
and Training Expo 2009” di Jakarta, robot cerdas dan robot seni UMS ini menjadi
salah satu finalis di ajang lomba robot tingkat nasional yang diselenggarakan di
Yogyakarta.

REMAJA, SEX, PERMASALAHAN DAN PERKEMBANGANNYA

Soleh Amini Yahman


MASA REMAJA

Masa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ketidakjelasan dimaksud karena remaja tidak termasuk golongan anak akan tetapi tidak juga termasuk pada golongan dewasa. Posisi masa remaja adalah posisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, sehingga masa remaja ini sering pula disebut sebagai masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Monks, 1984)


Secara psikologis masa remaja dibedakan dalam dua fase usia perkembangan, yaitu :
1. Masa Puber, yaitu masa dimana remaja mulai mengenal dan berfikir serta tertarik dengan masalah-masalah sexual yang mereka kenal dari sekitar lingkungannya. Pada umumnya masa puber atau pubertas ini terjadi antara umur 11 - 15 tahun pada remaja wanita dan 12 - 16 tahun pada remaja pria. Tanda-tanda yang sering menyertai masa puber ini adalah tumbuhnya pubic hair atau rambut kemaluan sebagai tanda kelamin sekunder yang menunjukkan adanya perkembangan menuju kematangan sexual, yang berarti siap produksi.
2. Masa Adolensi. Adolensi berarti tumbuh dan berkembang (Growt and development) menuju alam dewasa. Artinya seseorang mulai meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa dewasa awal yang penuh dengan berbagai tugas dan tanggung jawab.
Sesuai dengan perkembangan biologisnya, pada kedua fase perkembangan tersebut di atas terjadi 4 macam perubahan fisik yang menyertai terjadinya dampak-dampak psikologis yang perlu diwaspadai.
Keempat perubahan fisik tersebut menurut Hurlock (1990) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan ukuran tubuh yang cepat (istilah jawa : bongsor)
2. Perubahan proporsi tubuh. Tubuh menjadi besar, akan tetapi tidak eluruh badan tumbuh dengan kecepatan yang sama, sehingga pada remaja awal mereka kurang kelihatan seimbang antara bagian-bagian badan yang sesuai dengan orang dewasa.
3. Tumbuhnya ciri-ciri seks primer, yaitu mulai berkembangnya organ-organ seks yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi. Pada wanita ditandai dengan timbulnya haid pertama (mensnarche), sedang pada remaja pria ditandai dengan mimpi basah (politio).
4. Tumbuhnya ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks sekunder ini keberadaannya pada diri seseorang akan menjadikan antara sekse yang satu tertarik pada sekse yang lain. Tumbuhnya ciri-ciri seks sekunder pada pria ditandai dengan keluarnya rambut pada bagian-bagian tertentu (sekitar kelamin, ketiak, kumis, jenggot) kulit menjadi agak kasar, suara bertambah besar (bariton), kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif sehingga menimbulkan jerawat, otot-otot bertambah besar dan kuat. Sedangkan pada wanita pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat, tumbuhnya payudara, kulit menjadi kasar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
Perubahan-perubahan fisik dan seksual pada masa remaja mempunyai dampak psikologis yang besar, meskipun akibatnya biasanya sementara, namun cukup menimbulkan perubahan dalam pola perilaku, sikap dan kepribadian pada masa remaja penampilan fisik merupakan faktor yang dianggap penying. Karena jika remaja merasa dirinya kurang menarik, mereka akan merasa rendah diri, sedih dan gelisah.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan-ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Perkembangan psikologis yang lain yaitu usaha remaja untuk menemukan identitas dirinya, mencari tokoh idola yang dijadikan tokoh identikfikasinya (Hurlock, 1990).
Pada masa remaja minatnya pada seks juga meningkat. Mereka mulai tertarik pada jenis kelamin lain, mereka mulai mengenal apa yang dinamakan cinta, saling memberi dan menerimakasih sayang dari orang lain. Jika perkembangan psikologis berjalan cukup sehat dan lancar, akhirnya mereka menuju kemasakan emosional. Dan bahaya psikologis utama dari masa remaja berkisar dari kegagalan melaksanakan peralihan ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan terpenting dari masa remaja.

REMAJA DAN PERMASALAHAN

Sosok remaja, merupakan sosok yang sarat dengan berbagai permasalahan. Hampir setiap aspek kehidupan yang dilalui remaja selalu membawa permasalahan. Mengapa demikian ? Karena remaja merupakan “pusat kehidupan”. Pada masa remaja itulah irama kehidupan yang sesungguhnya sedang dimulai. Pada masa remaja itulah masa mencari sedang diawali, oleh karena itulah dalam rangka “menemukan” itulah remaja sering terbentur dengan berbagai masalah, baik masalah yang berdimensi sosial, psikologis maupun personal. Salah satu masalah yang sering membelit remaja adalah masalah CINTA SEX DAN PERGAULAN. Dalam menterjemahkan ketiga hal tersebut remaja sering terpeleset sehingga sebagian remaja sering menjadi korban dari masalah cinta sex dan pergaulannya. Keterpelesetan tersebut terjadi karena ketidaktahuannya remaja tentang Cinta Sex dan Pergaulan itu sendiri. Dalam menterjemahkan sex, cinta dan pergaulan, remaja sering mencampuradukkan ketiga hal tersebut sehingga makna dari cinta, sex dan pergaulan itu menjadi absurt di mata remaja.
Perilaku sexual tidak lepas dari perkembangan kepribadian secara umum. dalam kaitannya dengan cinta, perilaku sexual banyak dipengaruhi oleh proses percintaan itu sendiri. Akan tetapi mencampur adukkan antara perilaku cinta dengan perilaku sexual adalah merupakan keputusan yang sangat salah. Hal inilah (mencampur adukkan antara cinta dan sex) yang harus diluruskan pada konsep yang semestinya.
Remaja bercinta itu wajar. Sebab bercinta (dalam arti jatuh cinta) bagi remaja adalah dorongan instingtif yang bersifat alami. Akan tetapi remaja harus menyadari bahwa antara dunia cinta dan sex merupakan lahan yang sangat berbeda. Antara cinta dan sex memang merupakan dua hal yang saling bersinggungan, tetapi keduanya tidak identik. Fenomena pergaulan dan percintaan remaja yang tampak ada akhir-akhir ini adalah mengarah pada pengaburan arti cinta dan sex. Mereka saling mengartikan bahwa cinta itu identik dengan sex, sehingga tidak jarang remaja putra dan putri melakukan hubungan sex pra nikah demi membuktikan kadar cinta mereja. Tentu kondisi yang demikian ini sangat memprihatinkan kita semua.
Data dari berbagai penelitian tentang perilaku sex remaja yang dilakukan para pakar sexologi dan remaja mendukung sinyalemen di atas. Sarwono (1981) dalam penelitiannya terhadap remaja di Jakarta memperoleh data bahwa sebagian besar remaja (53,6%) tertarik pada masalah hubungan sex sebelum perkawinan. Sudiat (1985) dari RS Dr. Kariadi Semarang dalam laporan penelitiannya melaporkan bahwa kelainan genekologis pada remaja putri usia 13-20 yang memeriksakan diri, sebagian besar yaitu 32% dari 859 (atau =273) mengalami kerusakan selaput dara (Hymen) karena dorongan benda keras, lunak, yang diperkirakan karena hubungan persenggamaan. Sedangkan pakar sexologi Pangkahila (1981) dalam suatu penelitian pendahuluan terhadap remaja di pulau Bali mendapatkan angka 27-28% remaja di Bali pernah melakukan hubungan sex. Penelitian Istiati (1981) dosen UNISRI Solo melaporkan 73 dari 95 mahasiswa Solo dan remaja diluar kampus wilayah Solo pernah atau mempunyai teman hamil sebelum menikah. Penelitian paling muahir yang dilakukan Mochtadi (1985) di Jawa Tengah melaporkan bahwa 8% dari 630283 orang (37.000) pelajar SLTA di Jawa Tengah telah berhubungan sex. 60% melakukan kegiatan sex bebasnya di rumah sendiri dan 40% dilakukan di hotel atau diluar rumah. Kondisi yang dilaporkan oleh para pakar peneliti tersebut tentu sangat memprihatinkan kita bila kita hanya melihat dari sudut kejadiannya semata-mata. Yang lebih kita sikapi dalam hal ini adalah mengapa dan bagaimana mereka (para remaja) tadi bisa melakukan hal-hal seperti itu ? Secara psikologis kejadian tersebut terjadi karena pengaruh dorongan sex yang timbul seiring dengan matngnya alat reproduksi. rasa ingin tahu, sulit mengendalikan dorongan sex yang ada dan ditambah derasnya bernagai rangsangan sosial yang muncul dari sarana informasi dan komunikasi yang berlebihan. Kondisi demikian menggambarkan rendahnya pengetahuan remaja tentang sex dan aktivitasnya, sehingga mereka sering membuat keputusan yang salah.
Sexs sesungguhnya merupakan hal yang tidak haram, bahkan merupakan hal yang suci, selama sex itu diperlakukan sesuai dengan kaidah dan norma yang ada. Seks sebanarnya merupakan hal yang agung, suci dan sakral, akan tetapi karena ulah orang-orang yang tidak bertanggungjawab, seperti mereka yang melacur, yang vulgar, yang komersial dan yang hanya memandang sex sebagai pemuas nafsu rendah sajalah sehingga kesakralan dan kesucian seks itu hilang, bahkan seakan akan seks merupakan hal yang tabu untuk disentuh.
Keingintahuan remaja tentangmasalah cinta dan sex adalah merupakan kebutuhan yang wajar. Aktifitas sex memang harus diketahui oleh remaja. Sebab tanpa pemahaman yang benar tentang sex ini maka para remaja (khususnya remaja putri) akan mudah tergelincir dan menjadi korban penyalahgunaan sex dan menimbulkan kerugian yang maha dasyat yang tak akan tertebus sepanjang hayat. Bila suatu kecelakaan sexual terjadi, maka pihak wanitalah yang pertama akan menjadi korban dan menderita kerugian. Oleh karena itulah wanita harus lebih tegas, lebih pintar dalam menjaga kehormatan dirinya. Para wanita (baca: remaja putri) harus tegas menolak segala bentuk hubungan yang berkaitan dengan aktivitas sexual (kissing, Necking, Petting, Intercrouse). Karena mau tidak mau wanita sendirilah yang akan menanggung kerugian yang lebih besar. Untuk itulah maka pemahaman wanita (remaja putri) terhadap pemahaman sexual ini harus benar-benar lebih tekun dan akurat. Remaja putri harus paham dan mengetahui apa yang bisa terjadi pada dirinya dengan cara mencari tahu dari sumber informasi yang benar bisa dipertanggung jawabkan dari berbagai segi.
Sebenarnya ini dari segala inti permasalahan adalah terletak pada perjanjian sendiri. Mau dikemanakan remaja kita ?
Kalau arahnya mengembangkan cinta yang agung dan baru boleh menyentuh kawasan sex secara suci setelah menikah, maka strategi yang dipasang harus menuju kearah sana. Namun sebaliknya kalau arah orang tua penekanannya pada masalah “Asal tidak hamil” maka pola KB remaja dalam artian harafiah adalah merupakan pola yang paling baik (tapi mungkinkah ini terjadi di negeri kita yang religius?)
Bagaimanapun juga perilaku sex pada remaja, selain dipengaruhi oleh faktor endogen dari dalam tubuh sendiri adan faktor eksogen dari lingkungan dan juga masih tergantung dari pengaruh pola didik dan perilaku orang tua. Kalu ibunya dan bapaknya baik, Insya Allah anak keturunannya juga relatif baik, ini artinya peranan orang tua sebagai panutan tidak kecil. Namun demikian tanggung jawab tetap ada pada remaja. Jangan semata-mata menyalahkan orang tua bila terjadi penyalahgunaan sex. Ini yang perlu dikecam juga.

Selasa, 01 Juni 2010

Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Albert Bandura

I. LATAR BELAKANG TEORI
Bandura menempuh pendidikan kesarjanaannyadi bidang psikologi klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D. pada tahun 1952. Setelah menempuh pelatihan post-doktoral di bidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua American Psychological Association.
Penelitian Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas. Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi (Bandura, 1962; Bandura dan Huston, 1961; Bandura, Ross, dan Ross, 1961 1963a dan b), Perkuat Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura, Blanchart, dan Ritter, 1969).
Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973, Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia”.


Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar berpangkal pada dalili bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya.
Dalam bukunya terbutan 1941, Social larning and imitation, Miller dan Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu. Tetapi hanya sedikit pakar lain peneliti kepribadian mencoba memasukan gejala belajar lewat observasi ke dalam teori-teori belajar mereka, bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka yang kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki kelalaian tersebut, tetapi juga memperluas analisis terhadap belajar lewat observasi ini melampaui jenis-jenis situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller dan Dollard.

II. ESENSI TEORI
Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar sosial cukup menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomea penting yang diabaikan atau ditolak olrh paradigma behaviorisme.
Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.
Kedua, bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara.
Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep :
1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.
2. Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement), Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.

Hubungan antara tingkah laku (T) – Pribadi (P) – Lingkungan (L) menurut Pavlop, Skinner; Lewin dan Bandura.


















Bandura melukiskan :
Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977)

Teori Belajar Sosial dari bandura yang paling luas diteliti adalah Efikasi Diri dan Penelitian Observasi (Penelitian Modeling).

a. Efikasi Diri
Dua pengertian penting :
1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.“ Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
2. Ekspektasi hasil (outcome expectation): perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bias atau tidak bias mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.
Seorang dokter ahli bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar professional. Namun ekspektasi hasilnya bias rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung kepada daya tahan jantung pasien, kemurnia obat abtibiotik, sterilisasi dan infeksi, dan sebagainya.

Sumber Efikasi Diri
Perubahan tingkah laku, dalam system bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber yakni :
1. Pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment),
2. Pengalaman Vikarius (vicarious experience),
3. Persuasi Sosial (Social Persuation) dan
4. Pembangkitan Emosi (Emotional/Psysilogical states).

Strategi Pengubahan Sumber Ekspektasi Efikasi
Sumber Cara Induksi
Pengalaman Performasi Participant Modelling Meniru model yang berprestasi
Performance desensilization Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa lalu
Performance Exposure Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
Self-instructed performance Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
Pengalaman Vikarius Live Modelling Mengamati Model yang nyata
Symbolic Modelling Mengamati model simbolik, film, komik, cerita
Persuasi Verbal Sugestion Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar kepercayaan
Exhortation Nasihat, peringatan yang mendesak/memaksa
Self-instruction Memerintah diri sendiri
Intrepretive Treatment Interpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah
Pembangkitan Emosi Attribution Mengubah atribusi, penanggungjawab suatu kejadian emosional
Relaxation biofeedback Relaksasi
Symbolic desensilization Menghilangkan sikap emosional dengan modeling simbolik
Symbolic Exposure Memunculkan emosi secara simbolik


Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responseif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.

Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah laku

Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif Suskses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya
Rendah Tidak Responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit
Tinggi Tidak Responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan
Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu


b. Belajar Melalui Observasi
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa renforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhinggai banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.

- Peniruan (modelling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (oranglain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkahlaku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.
- Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasikan menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasikan menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.
- Modeling Mengubah Tingkah laku lama : Dua dampat modeling terhadap tingkah laku lama : pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkahlaku model itu diganjar atau dihukum.
- Modeling Simbolik: Dewasa ini sebagian besar tingkahlaku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tidak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
- Modeling Kondisioning: Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modelilng semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.

Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi.
1. Perhatian (attention process)
2. Representasi (representasi process)
3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process)
4. Motivasi dan Penguatan (motivation and reinforcemen process)

III. APLIKASI TEORI
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan trtmen, yakni :
1. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.
2. Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
3. Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.

Dikutip dari tulisan: Gumgum Gumilar


IV. REFERENSI

Hall, Calvis S. & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang :UMM Press

Davindoff. Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.