Rabu, 01 Desember 2010

Atlantik Harbour

Materi Psikologi,Manusia sebagai makhluk yang unik,bermoral,eksistensi,Biologis,dsb...

Materi Psikologi
Oleh,DeeNieZz St
ANT2-D (periode II/2010)

Manusia Sebagai Makhluk Individu yang unik
Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.

Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.



Interaksi Sosial dan Sosialisasi
1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.

Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.

Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.


Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut
a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

1. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.

Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.


Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)

Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:

 Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau
lebih.
 Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik
dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam
stabilitas organisasi yang bersangkutan
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan yang sama.

b. Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup
untuk mencapainya sendiri
 Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang
ada.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya
suatu tujuan bersama.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang
seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
2)
Bentuk Interaksi Disosiatif
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).

Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.

Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.

Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.

Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.

b. Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.

Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.
a. Masyarakat Setempat (community)
Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
b. Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
c. Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan multikultural.

Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak). Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
d. Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing.

Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam.

KARAKTERISTIK MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:
1. Dorongan untuk makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis
Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :
1. penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2. penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
 Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
 Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
 Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.






Manusia sebagai makhluk yang berjuang untuk eksistensiNya
Psikologi Eksistensial

oleh PsikoMedia pada 14 November 2010 jam 9:26
B I O G R A F I
Ludwig Binswager lahir pada tanggal 13 april 1881, di Kreuzlingen, Swiss di tengah keluarga yang memiliki tradisi kedokteran dan psikiatrik kuat. Kakeknya, yang namanya kecilnya juga Ludwig adalah pendiri Belleuve Sanatorium di Kruezlingen pada tahun 1857. ayahnya Robert adalah direktur Sanatorium tersebut. Pada tahun 1911, Binswanger diangkat menjadi direktur medis Belleuve sanatorium.
Binswanger adalah terapis pertama yang menekankan sifat dasar eksistensial dari tipe krisis yang dialami pasien dalam pengalaman terapi. Binswanger pada dasarnya berjuang untuk menemukan arti dalam penyakit gila dengan mnerjemahkan pengalaman para pasien kedalam teori psikoanalisis. Setelah membaca pendekatan filsafat Heidegger “Being in time” (1962), Binswanger menjadi lebih eksistensial dan fenomenologis dalam pendekatannya kepada para pasien. Pada tahun 1956, Binswanger berhenti menjadi direktur Sanatorium setelah menduduki posisi tersebut selama 45 tahun. Dia terus melakukan studi dan menulis sampai meninggal pada tahun 1966.
Teori Eksistensial
Sebagaimana tercermin dalam tulisan Binswanger dan Boss, psikologi eksistensial bertentangan dengan pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Tidak ada hubungan sebab akibat dalam eksistensial manusia, hanya ada rangkaian urutan tingkah laku tetapi tidak bisa menurunkan kausalitas dari rangkaian tersebut. Sesuatu yang terjadi pada seorang anak-anak bukan penyebab dari tingkah lakunya kemudian sebagai seorang dewasa. Peristiwa yang terjadi mungkin memiliki makna eksistensi yang sama akan tetapi tidak berarti peristiwa A menyebabkan peristiwa B. Psikologi eksistensial mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi.
Untuk menjelaskan perbedaan antara sebab dan motif, Boss mencontohkan dengan jendela yang tertutup oleh angin dan manusia. Angin menyebabkan jendela tertutup, tetapi manusia termotif untuk menutup jendela karena ia tahu bahwa jika jendela terbuka maka air hujan akan masuk. Karena prinsip kausalitas kurang relevan dengan tingkah laku manusia dan sebaliknya motivasi dan pemahaman merupakan prinsip-prinsip operatif dalam analisis eksistensial tingkah laku. (Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993)
Struktur Eksistensi
1. Ada-di-Dunia (Dasein)
Merupakan dasar fundamental dalam psikologi eksistensial. Seluruh struktur eksistensi manusia didasarkan pada konsep ini. Ada-di-dunia (Dasein) adalah keseluruhan eksistensi manusia, bukan merupakan milik atau sifat seseorang. Sifat dasar dari Dasein adalah keterbukaannya dalam menerima dan memberikan respon terhadap apa yang ada dalam kehadirannya. Manusia tidak memiliki eksistensi terlepas dari dunia dan dunia tidak memiliki eksistensi terlepas dari manusia. Dunia dimana manusia memiliki eksistensi meliputi 3 wilayah, yaitu:
1. Umweit (dunia biologis, “lingkungan”)
Dunia objek disekitar kita, dunia natural. Yang termasuk dalam umwelt diantaranya kebutuhan-kebutuhan biologis, dorongan-dorongan, naluri-naluri, yakni dunia yang akan terus ada, tempat dimana kita harus menyesuaikan diri. Akan tetapi umwelt tidak diartikan sebagai “dorongan-dorongan” semata melainkan dihubungkan dengan kesadaran-diri manusia.
2. Mitweit (“dunia bersama”)
Dunia perhubungan antar manusia dengan manusia yang lain. Didalamnya terdapat perhubungan antar berupa interaksi manusiawi yang mengandung makna. Dalam perhubungan tersebut terdapat perasaan-perasaan seperti cinta dan benci yang tidak pernah bisa dipahami hanya sebagai sesuatu yang bersifat biologis semata.
3. Eigenwelt (“dunia milik sendiri”)
Adalah kesadaran diri, perhubungan diri dan secara khas hadir dalam diri manusia.

2. Ada-melampaui-Dunia (kemungkinan-kemungkinan dalam manusia)
Analisis eksistensial mendekati eksistensi manusia dengan tidak memakai pandangan lain selain bahwa manusia ada di dunia, memiliki dunia, ingin melampaui dunia. Akan tetapi, Binswanger tidak mengartikan ada-melampaui-dunia sebagai dunia lain melainkan mau mengungkapkan begitu banyak kemungkinan yang dimiliki manusia untuk mengatasi dunia yang disinggahinya dan memasuki dunia baru. Istilah melampaui/mengatasi dunianya dikenal juga dengan transendensi yang merupakan karakteristik khas dari eksistensi manusia serta merupakan landasan bagi kebebasan manusia.
Karena hanya dengan mengaktualisasikan kemungkinan-kemungkinan tersebut ia dapat menjalani kehidupan yang otentik, apabila ia menyangkal atau membatasi kemungkinan-kemungkianan yang penuh dari eksistensinya atau membiarkan dirinya dikuasai oleh orang-oarang lain atau oleh lingkungannya, maka manusia itu hidup dalam suatu eksistensi yang tidak otentik. Manusia bebas memilih salah satu dari keduanya.
3. Dasar Eksistensi
Manusia dapat hidup dengan bebas, akan tetapi bukan berarti tanpa adanya batas-batas. Salah satu batas adalah dasar eksistensi kemana orang-orang “dilemparkan”. Kondisi “keterlemparan” ini, yakni cara manusia menemukan dirinya dalam dunia yang menjadi dasarnya, merupakan nasibnya. Manusia harus hidup sampai nasibnya berakhir untuk mencapai kehidupan yang otentik. Keterlemparan juga diartikan sebagai keadaan diperdaya oleh dunia, dengan akibat orang-orang menjadi terasing dari dirinya sendiri.
4. Rancangan Dunia
Rancangan dunia adalah istilah Binswanger untuk menyebut pola yang meliputi cara ada di dunia seorang individu. Rancangan dunia seseorang menentukan cara bagaimana ia akan bereaksi terhadap situasi-situasi khusus serta ciri sifat dan simpton macam mana yang akan dikembangkannya.batas-batas dari rancangan tersebut mungkin sempit, dan mengerut atau mungkin lebar dan meluas.
Binswanger mengamati bahwa jika rancangan dunia dikuasai oleh sejumlah kecil kategori, maka ancamannya akan lebih cepat dialami dibandingkan bila rancangan dunia terdiri dari bermacam-macam kategori. Pada umumnya, orang memiliki lebih dari satu rancangan dunia.
5. Cara-cara Ada Dunia
Ada banyak cara yang berbeda untuk ada di dunia, setiap cara merupakan Dasein memahami, menginterpretasikan, dan mengungkap dirinya. Diantaranya, cara jamak (dengan menjalin hubungan-hubungan formal, kompetisi, dan perjuangan), cara tunggal (untuk dirinya sendiri), dan cara anonimitas (tenggelam di tengah orang banyak). Biasanya orang tidak hanya memiliki satu cara eksistensi, tetapi banyak.
6. Eksistensial
Boss tidak berbicara tentang cara-cara ada di dunia dengan arti sama seperti yang dikemukakan oleh Binswanger. Boss lebih membicarakan mengenai sifat-sifat yang melekat pada eksistensi manusia, selain itu hal lain yang dibicarakan oleh Boss adalah spasialitas eksistensi (keterbukaan dan kejelasan merupakan spasialitas (tdk diartikan dalam jarak) yang sejati dalam dunia manusia), temporalitas eksistensi (waktu (bkn jam) yang digunakan/dihabiskan manusia untuk….), badan (ruang lingkup badaniah dalam pemenuhan eksistensi manusia), eksistensi dalam manusia milik bersama (manusia selalu berkoeksistensi atau tinggal bersama orang lain dalam dunia yang sama), dan suasana hati atau penyesuaian (apa yang diamati dan direspon seseorang tergantung pada suasana hati saat itu).
Dinamika Eksistensi
Psikologi eksistensial tidak mengkonsepsikan tingkah laku sebagai akibat dari perangsang dari luar dan kondisi-kondisi badaniah dalam manusia. Seorang individu bukanlah mangsa lingkungan dan juga bukanlah makhluk yang terdiri dari insting-insting, kebutuhan-kebutuhan, dan dorongan-dorongan.
Akan tetapi ia memiliki kebebasan untuk memilih dan hanya ia sendiri yang bertanggung jawab terhadap eksistensinya. Apa saja yang dilakukannya adalah pilihannya sendiri, orang sendirilah yang menentukan akan menjadi apa dia dan apa yang akan dilakukannya.
Perkembangan Eksistensi
Konsep eksistensial perkembangan yang paling penting adalah konsep tentang menjadi. Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi sesuatu yang baru, mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia sepenuhnya, yakni memenuhi semua kemungkinan Dasein.
Menjadi orang dan menjadi dunia selalu berhubungan, keduanya merupakan mitra menjadi (co-becoming, Strauss). Orang menyingkap kemungkinan-kemungkinan dari eksistensinya melalui dunia, dan sebaliknya dunia tersingkap oleh orang yang ada di dalamnya. Manakala bila yang satu tumbuh dan berkembang maka yang juga harus tumbuh dan berkembang begitu pula sebaliknya apabila yang satu terhambat maka yang juga terhambat. Bahwa kehidupan berakhir dengan kematian sudah merupakan fakta yang diketahui oleh setiap orang.
Terapi
Inti terapi eksistensial adalah hubungan antara terapi dengan kliennya. Hubungan ini disebut pertemuan. Pertemuan adalah kehadiran asal satu Dasein kehadapan Dasein yang lain, yakni sebuah “ketersingkapan” satu Dasein terhadap yang lainnya. Berbeda dengan terapi-terapi formal, seperti terapi gaya Freud, atau terapi-terapi yang “teknis”, seperti terapi gaya behavioris, para terapis eksistensial sepertinya ingin terlibat intim dengan Anda. Saling beri dan saling terima adalah bagian paling alami dari pertemuan, bukan untuk saling menghakimi dan memojokkan. (Boeree, C.George, 2004)
Para analasis eksistensial menyadari kompleksitas manusia yang mereka hadapi di ruang-ruang praktek mereka. Mereka menyadari bahwa manusia bukan hanya merupakan makhluk biologis atau fisik, melainkan juga sebagai makhluk yang unik dan mempunyai kesadaran. Dengan perkataan lain, manusia tidak lain adalah tubuh (organisme) yang berkesadaran. Oleh sebab itu, mereka beranggapan bahwa pendekatan analisis eksistensial tentunya diperlukan, karena menwarkan kejernihan analisis atas pasien-pasien mereka. Gejala manusia dan pengalaman-pengalamannya tentu saja tidak bisa dikuantitafikasikan dan digeneralisasi begitu saja. Perlu pengungkapan yang lebih spesifik. Analisis eksistensial dianggap mampu melakukan tugas itu.
Dalam analisis eksistensial yang dilakukan Binswanger sebagai metode baru yang berbeda dari metode-metode yang ada sebelumnya, terlihat dalam kasus yang ditanganinya yaitu kasus “Ellen West” yang merupakan salah seorang pasiennnya. Binswanger mengadakan analisis fenomenologis mengenai tingkah lakunya dan menggunakan penemuan-penemuan tersebut untuk merumuskan eksistensi atau cara-cara ada-di-dunia pasien tersebut. Ia menyelidiki arsip-arsip di Sanotarium dan memilih kasus seorang gadis muda, yang pernah berusaha untuk melakukan bunuh diri. Kasus ini menarik karena selain buku harian, catatan-catatan pribadi dan puisi-puisinya yang penuh pesona, juga karena sebelum dirawat di sanotarium, ia telah dirawat lebih dari dua periode oleh para psikoanalis dan selama di sanitarium ia telah menerima perawatan dari Bleuler dan Kraepelin. Dalam analisis eksistensial (yang tekanannya lebih pada terapi), Binswanger pertama-tama menganalisis asumsi-asumsi yang mendasari hakekat manusia kemudian ia berhasil sampai pada pemahaman mengenai struktur tempat diletakkannya segenap system terapeutik. (Zainal A., 2002)
Medard Boss menggunakan analisis mimpi dalam terapinya terhadap seorang pasien yang menderita obsesional-complusive. Pasien ini menderita kompulsi-kompulsi untuk mencuci tangan dan membersihkan, ia sering bermimpi tentang menara-menara gereja. Pasien ini sebelumnya telah menjalani analisa Freudian dan menginterpretasikan isi mimpi tersebut sebagai simbol-simbol phalik serta menjalani analisa Jungian yang menghubungkannya dengan simbol-simbol arketif religius. Dalam dengan Boss sang pasien menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang datang berulang-ulang seperti ia mendekati sebuah pintu kamar mandi yang selalu terkunci. Boss menunjukkan dalam pembahasannya tenang kasus itu bahwa pasien merasa bersalah, karena telah mengunci beberapa potensi yang sangat penting dalam dirinya. Ia mengunci baik kemungkinan-kemungkinan pengalaman badaniahnya maupun spiritualnya atau aspek “dorongannya” dan aspek “tuhannya”, semua itu dilakukannya untk melarikan diri dari semua masalah yang dihadapinya. Menurutnya pasien merasa bersalah bukan semata-mata bahwa ia mempunyai rasa bersalah. Pasien tidak menerima dan tidak memasukkan kedua aspek tersebut ke dalam eksistesinya, maka ia merasa bersalah dan berhutang pada dirinya. Pemahaman mengenai rasa bersalah tidak ada hubungannya dengan sikap menilai (“judgmental attitude”), yang perlu dilakukan hanyalah memperhatikan kehidupan dan pengalaman pasien secara sungguh-sungguh dan penuh rasa hormat. (Zainal A., 2002)
Catatan kritik
Salah satu kritik terhadap psikologi eksistensial adalah ketika psikologi telah diperjuangkan untuk dapat membebaskan diri dari dominasi filsafat, justru psikologi eksistensial secara terang-terangan menyatakan kemuakkannya terhadap positivisme dan determinisme. Para psikolog di Amerika yang telah memperjuangkan kemerdekaan psikologi dari filsafat jelas menentang keras segala bentuk hubungan baru dengan filsafat. Banyak psikolog merasa bahwa psikologi eksistensial mencerminkan suatu pemutusan yang mengerikan dengan jajaran ilmu pengetahuan, karena itu membahayakan kedudukan ilmu psikologi yang telah diperjuangkan dengan begitu susah payah.
Salah satu konsep eksistensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa ynag diinginkannya. Jika benar, maka konsep in sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tengtang tingkah laku yang sangat deterministic. Karena jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas. (Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner, 1993)
Banyak psikolog dan sarjana psikologi baik dalam maupun luar negeri mempertanyakan keberadaan analisis eksistensial. Yang mereka pertanyakan menyangkut dasar-dasar ilmiah dari analisis eksistensial. Psikologi sebagai ilmu telah lama diupayakan untuk melepaskan diri dan berada jauh dari filsafat. Psikologi harus merupakan suatu science (ilmu pasti alami) yang independent. Padahal, analisis eksistensial mengeritik ilmu (science) dan mengambil manfaat dari filsafat (fenomenologi dan eksistensialisme). Atas dasar itu, banyak sarjana psikologi yang bertanya, apakah analisis eksistensial relevan dengan perkembangan ilmu psikologi modern?
Jawaban atas pertanyaan itu tergantung pada pemahaman kita tentang manusia. Siapakah atau apakah manusia itu? Apakah manusia pada dasarnya hanya merupakan bagian dari organisme dan atau dari materi (aspek fisik kehidupan)? Jika kita memahami manusia sebgaimana para behavioris atau psikoanalis memahaminya, yakni bahwa manusia pada dasarnya merupakan bagian dari organisme atau materi, maka analisis eksistensial tampaknya tidak diperlukan. Cukup dengan pendekatan kuantitatif dan medis, dengan eksperimen dan pembedahan otak musia, maka kita sudah cukup mampu memahami dan menyembuhkan individu (manusia) yang bermasalah (patologis). Namun, dalam praktek atau kenyataan, kita menyaksikan bahwa manusia ternyata jauh lebih kompleks dari sekedar organisme dan materi. (Zainal A., 2002)

Manusia sebagai Makhluk Biologis / Makhluk Hidup
A. Pengertian Makhluk Hidup
Bunga mawar, kelinci, burung, dan manusia, semuanya bergerak, memerlukan makanan, bernapas, dan berkembang biak. Mengapa hal ini terjadi? Hal tersebut terjadi karena mereka adalah makhluk hidup. Mobil tidak bisa bergerak jika tidak diberi bensin dan dikemudikan. Demikian juga dengan sepeda dan becak, jika tidak dikendarai manusia tidak akan bergerak.Benda-benda itu tidak bernapas, tidak memerlukan makanan, dan tidak bertambah banyak. Mengapa demikian? Karena mereka adalah makhluk tak hidup. Jadi, makhluk hidup adalah makhluk yang memiliki ciri-ciri kehidupan seperti bernapas, bergerak, dan berkembang biak.
B. Ciri-Ciri Makhluk Hidup
Aktivitas yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, tetapi berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Makhluk hidup memiliki beberapa ciri, yaitu bernapas, bergerak, makan, tumbuh, peka terhadap rangsangan, dan dapat berkembang biak.
 Bernapas
Semua makhluk hidup melakukan proses pernapasan. Bernapas adalah proses mengambil udara (O2) dari luar dan mengeluarkan udara (CO2) dari dalam tubuh. Oksigen (O2) sangat diperlukan makhluk hidup untuk pembakaran makanan dalam tubuh dan menghasilkan energi yang diperlukan tubuh atau disebut juga oksidasi tubuh. Energi ini digunakan tubuh untuk bergerak dan melakukan aktivitas lainnya.
Proses pernapasan makhluk hidup berbeda-beda, bergantung pada tempat hidup dan jenis makhluk hidup. Makhluk hidup yang hidup di darat memiliki sistem pernapasan yang berbeda dengan makhluk hidup yang hidup di air. Pernapasan burung berbeda dengan amfibi.
Manusia dan hewan di darat umumnya bernapas dengan paruparu. Oksigen diambil dari udara melalui hidung. Untuk makhluk hidup yang hidup di air, seperti ikan bernapas dengan insang. Makhluk hidup yang di air menggunakan oksigen yang terlarut dalam air untuk bernapas.
Bagaimana dengan tumbuhan, apakah mereka juga bernapas? Tumbuhan pun bernapas. Oksigen diambil oleh tumbuhan melalui stomata atau mulut daun, dan lentisel (lubang-lubang yang ada pada batang tumbuhan).
 Bergerak
Bergerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Gerak pada manusia dan hewan jelas tampak terlihat. Kamu dapat berjalan, berlari, dan menggerakkan tangan. Begitu juga dengan hewan dapat berlari, terbang, dan lain sebagainya. Untuk melakukan gerakan tersebut, manusia dan hewan dibantu oleh alat gerak. Pada manusia, misalnya tangan dan kaki. Sedangkan, pada hewan, seperti sayap, sirip, kaki, silia, dan lainnya.
Selain manusia dan hewan, tumbuhan juga melakukan gerakan, tapi gerakan ini tidak mudah dilihat. Contoh gerakan pada tumbuhan adalah menutupnya daun putri malu bila disentuh. Daun-daun pohon petai cina yang menutup pada sore hari, arah tumbuhnya tanaman selalu ke arah datangnya sinar matahari, dan bunga matahari yang selalu menghadap matahari. Gerakan pada tumbuhan disebabkan karena ada rangsangan dari luar.
 Makan
Seluruh makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan yang dimakan harus mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Karbohidrat sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi. Zat makanan ini terdapat dalam umbi-umbian seperti singkong, kentang, dan ketela. Selain itu, terdapat dalam biji-bijian, seperti jagung, beras, gandum, dan tepung terigu. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan bagi tubuh. Lemak memiliki kalori paling tinggi dibandingkan zat makanan lainnya. Zat makanan ini terdapat dalam susu dan mentega.
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Protein dibagi menjadi dua macam, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan, contohnya: telur, daging, susu, dan ikan. Sedangkan, protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuhan, contohnya: kacangkacangan, dan buah-buahan.
Vitamin dan mineral diperlukan tubuh kita untuk mengatur proses kegiatan tubuh. Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayursayuran, seperti: wortel, sayur bayam, kangkung, jeruk, alpukat, apel, dan sebagainya.
 Iritabilitas
Salah satu c iri makhluk hidup adalah respons terhadap rangsangan. Kemampuan makhluk hidup memberi tanggapan terhadap rangsangan disebut iritabilitas. Hewan memiliki sistem saraf dalam menanggapi adanya rangsangan, sedangkan tumbuhan tidak. Rangsangan dapat disebabkan oleh faktor luar tubuh. Contohnya, mata kita akan mengedip bila terkena cahaya yang silau. Contoh reaksi rangsangan yang diterima hewan adalah anjing akan menegakkan telinga bila mendengar suara yang asing dan sekelompok rusa akan berlari bila ada pemangsa yang mengintai.
Ge rak pada tumbuhan terjadi karena adanya rangsangan zat kimia, gaya gravitasi bumi, cahaya, air, dan sentuhan. Contohnya, daun putri malu akan menutup bila disentuh, akar tumbuhan menjalar ke tempat banyak air, tumbuhnya batang tumbuhan ke arah sinar matahari, dan akar tumbuhan yang selalu tumbuh ke arah pusat bumi.
 Tumbuh
Makhluk hidup m engalami pertumbuhan dan perkembangan. Contohnya, jika kamu menanam biji akan tumbuh menjadi kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kamu siram setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar.
Pertumbuhan merupakan pertambahan sel-sel tubuh, sehingga ukuran tubuh bertambah dan tidak bisa mengecil kembali. Bagaimana dengan pertumbuhan hewan dan tumbuhan? Hewan dan tumbuhan juga mengalami pertumbuhan seperti manusia, yaitu ukuran tubuhnya makin besar. Pertumbuhan ini dapat diukur.
 Berkembang Biak
Coba kamu amati pohon pisang di sekitar tempat tinggalmu? Biasanya, di sekitar pohon pisang terdapat tunas-tunas baru. Hal ini merupakan contoh perkembangbiakan pada tumbuhan. Berkembang biak atau reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan. Perkembangbiakan ini berguna untuk melestarikan jenisnya.Cara perkembangbiakan pada hewan dibagi menjadi dua macam, yaitu secara generatif (kawin) dan secara vegetatif (tak kawin). Pada hewan tingkat tinggi umumnya berkembang biak secara kawin, sedangkan pada hewan tingkat rendah berkembang biak dengan vegetatif (tak kawin).
Bagaimana perkembangbiakan pada tumbuhan? Tumbuhan tidak hanya berkembang biak dengan biji, tetapi juga dapat berkembang biak secara vegetatif atau tidak kawin. Contoh perkembangbiakan vegetatif pada tumbuhan, di antaranya stek, cangkok, dan tunas.


Manusia adalah makhluk yang berMoral
Manusia yg bermoral baik jauh lebih tinggi hakikatnya bila dibandingkan dengan manusia yg hanya berpendidikan tinggi saja.

Orang-orang Indonesia pada zaman sekarang ini memang sudah banyak yg berpendidikan melebihi dari cukup. Tapi karena kepintarannya itu, mereka dapat membohongi rakyat, menghancurkan negara & dan berani menari-nari diatas penderitaan orang lain.
Orang-orang Indonesia yg bermoral pada zaman sekarang masih tertutupi oleh orang-orang yg berpendidikan. Sudah teramat banyak orang-orang Indonesia yg tidak bermoral. Mereka sudah tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, seakan-akan mereka akan hidup abadi di dunia ini.

Indonesia tidak akan berkembang jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Negara lain melaju 5 langkah, tapi Indonesia tercinta ini hanya melaju 1 langkah saja. Dalam beberapa periode sudah jelas bahwa Indonesia ketinggalan dalam menyadari keadaan ini.

Hanya berharap adanya perubahan dalam masyarakat Indonesia beserta orang-orang pemerintahannya. Semoga suatu saat, orang-orang Indonesia dapat berpendidikan & bermoral. Walaupun yakin tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini, tapi semoga pada zaman anak-anak & cucu-cucu nanti, seluruh manusia Indonesia dapat berpendidikan & bermoral.

"Perubahan dimulai dari diri anda, dan dimulai dari saat ini juga tanpa kecuali".
Masalah Moral ini sangatlah komplek seperti wabah penyakit menular. Tertarik akan topik ini. Dan motivasi Moral ini perlu perhatian SERIUS pd bangsa kita terutama utk Generasi berikut.
Adakala seorang yg sudah terbina secara baik dilingkungan keluarga, tidak lepas mereka akan tercemar dilingkungan.
Pertanyaan berikut supaya kita bersama bisa mendetailkan motivasi moral ini, Ber harap kita bisa mengkaji dan memberi contoh kongkrit lebih jauh utk dibahas. terkadang lingkungan yang membuat kita terpengaruh tentang baik-buruknya kita, dan intinya individu sendiri.
Mungkin kita perlu revisi kurikulum pendidikan dr SD terutama dan terus sampai tingkat University. Juga ketegasan hukum akan tindakan2 pelecehan moral.
Tugas Psikologi
Oleh,DeeNieZz St
ANT 2/D(periode 2-2010)

1.Jelaskan apa kepribadian itu (perhatikan definisi G.W Allport)
TEORI KEPRIBADIAN G.W ALLPORT
A. Sejarah singkat
Allport adalah salah seorang dari 4 putra dari seorang dokter, di lahiorakan di Indiana pada tahun 1897, tetapi di besarkan di veverland dimana ia mendapat pendidkan awal di sekolah- sekolahnegeri ia menyediakan pelajaran undergraduatetnya di uni vbersitas yang sama setelah mendapat gelar yang sarjana tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan filsafat
Allport selama satu tahun mengajar sosiologi dan bahas inggris pada Robert college di Istambul kemudian ia kembali ke Harvands dan menyelesaikan Ph.D nya dalam Bidang psikologi. Setahun sebelum kematianya dia diangkat menjai professor di bidang etika social yang perma, Allport adalah salah seorang diantara tokoh-tokoh utama gerakan internasional yang mendorong pembentukan gerakan Depertemen of social relation di universitas Harvard dengan tujuana mewujudkan integrasi secara sebagian antara psikologi, sosiologi, dan antropologi.
B. PANDANGAN ALPORT TENTANG MANUSIA
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar,kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Akan tetapi, dia percaya bahwa kekuatan-kekuatan yang tidak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang sangat penting pada tingkah laku orang dewasa yang neoritis. Akan tetapi individu-individu yang sehat berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu
Allport juga mengemukakan bahwa dengan memakai model mesin,hewan,anak-anak,tidak didapatkan dasar yang cukup kuat untuk menyusun teori yang bermanfaat mengenai tingkah laku manusia. Dapat dicatat bahwa sikap individu pada tingkah laku manusia menimbulkan pesimisme terhadap kemungkinan yang terdapat dalam metode dan teori psikologi untuk menerangi keajaiban tingkah laku manusia.

C. perkembangan proporium

Proprium atau propiate dapat didefinisikan seperti dalam kata “appropriate” sesuatu yang dimiliki seseorang adalah unik bagi seseorang. Proprium terdiri dari hal – hal dan proses – proses yang bersifat pribadi bagi seorang individu dan dapat menentukan seseorang yang unik. Contohnya,”saya sebagaimana dirasakan dan diketahui individu sehat”.
Perkembangan proprium terdapat tujuh tingkatan diantaranya :
• Diri jasmaniah
Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya’) dan dunia sekitarnya. Berangsur - angsur, dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman - pengalaman perseptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain “di luarnya”. Ketika bayi berusia 15 bulan,maka muncullah tingkat pertama proprium-diri jasmaniah.

• Identitas diri
Pada tingkatan kedua ini anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin hari ini adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.

• Harga diri
Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Pada tingkat ketiga ini anak membuat benda – benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, manipulasi dan mengubah lingkungan itu.

• Perluasan diri
Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Pada tingkat keempat ini permulaan dari kemampuan anak untuk memperpanjang dan memperluaskan dirinya.

• Gambaran diri
Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara anak dan orang tua. Lewat pujian dan hukuman, anak belajar bahwa orang tuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Tingkatan kelima ini dapat mempelajari harapan – harapan orang tua kepada anak untuk mengembangkan dasar perasaan tanggung jawab moral.

• Diri sebagai pelaku rasional
Pada tingkatan keenam ini anak mempelajari aturan-aturan dan harapan baru di pelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang penting adalah diberikannya aktifitas dan tantangan intelektual. Anak belajar bahwa dia dapat memecahkan masalahnya dengan memakai proses-proses yang logis dan rasional.

• Perjuangan proprium
Allport percaya bahwa masa adolsence adalah suatu masa yang menentukan. Orang-orang sibuk mencari identitas diri yang baru, sangat berbeda dari identitas diri pada usia 2 tahun. Karena didorong dan ditarik dalam arah yang berbeda oleh orang tua dan lingkungan luar maka anak tersebut akan berusaha menemukan suatu kepribadian orang dewasa.



D. ciri-ciri kepribadian yang matang menurut Allport

Ø Perluasan Perasaan Diri

Ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatiannya di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup dengan berinteraksi dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya, misal pekerjaan. Allport menamakan hal ini sebagai “partisipasi otentik” yang di lakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia.

Ø Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain

Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap prang tua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik.
Perbedaan antara hubungan cinta dari orang – orang dengan hubungan cinta dari kepribadian yang sehat. Orang yang neurotis menerima cinta lebih banyak dari pada kemampuan mereka untuk memberinya. Sedangkan cinta dari kepribadian yang sehat adalah tanpa syarat dan tidak melumpuhkan atau mengikat.

Ø Keamanan Emosional

Kualitas keamanan emosional adalah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan dan keinginan. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran – kemunduran ini, mereka tidak menyerah kepada kekecewaan tetapi mampu memikirkan cara – cara yang berbeda untuk mencapai tujuan – tujuan substitusi.

Ø Persepsi Realistis

Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sedangkan orang-orang neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang lain atau situasi yang jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

Ø Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan dan bakat-bakat tertentu akan suatu tingkat kemampuan. Tetapi, tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang relevan; kita harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias,melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.

Ø Pemahaman Diri

Pengenalan diri yang baik menuntut pemahaman tentang hubungan-hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya dan apa yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki tingkatan ini pemahaman akan dirinya sangat tinggi atau wawasan dirinya tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain.

Ø Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka. Allport menyebut dorongan ini yang mempersatukan “arah” (directness) dan lebih kelihatan pada kepribadian yang sehat dari pada orang neurotis.

E. perkembangan kepribadian self

Dalam masa kecil, anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua segi lainnya. Segi ini adalah diri dan itu menggambarkan dengan bertambahnya kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mulai mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi miliknya atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran memngenai siapa dia.

F. peranan positif regards dalam kepribadian

Memberi kepuasan terhadap anak jika dia mendapat kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia akan kecewa jika dia menerima celaan dan kurang mendapat kasih sayang dan cinta. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting dalam memberikan cinta dan kasih sayang bagi perkembangan anak.

ciri orang yang berfungsi sepenuhnya
a.Terbuka pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan luar disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa distorsi atau rintangan. Dimana orang dapat mengetahui tentang kodratnya.



b.Kehidupan Eksistensial

Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada moment itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atau pengalaman moment yang berikutnya.

c.Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Karena orang yang sehat terbuka sepenuhnya pada pengalaman, maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada dalam suatu situasi membuat keputusan. Informasi ini berisi kebutuhan-kebutuhan orang itu, tuntutan-tuntutan sosial yang relevan,ingatan-ingatan terhadap situasi yang serupa pada masa lalu dan persepsi terhadap situasi sekarang. Karena terbuka pada semua pengalaman dapat menghidupkan pengalaman itu sepenuhnya, maka individu yang sehat dapat membiarkan seluruh organisme mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi.

d.Perasaan Bebas

Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau.


e.Kreativitas

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak demikian. Orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, dan percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang yang mampu mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka.



2.Menurut saudara faktor apa saja yang memperngaruhi perkembangan kepribadian seseorang ?
Faktor yang mempengaruhi Perubahan Kepribadian
Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian seseorang di pengaruhi oleh banyak faktor. Kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil.

Perubahan dalam kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari individu :


Pengalaman Awal

Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.


Pengaruh Budaya

Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.


Kondisi Fisik

Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya).


Daya Tarik

Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.


Inteligensi

Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.


Emosi

Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.


Nama

Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.


Keberhasilan dan Kegagalan

Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.


Penerimaan Sosial

Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.


Pengaruh Keluarga

Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar kepribadian.


Perubahan Fisik

Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.

Sebenarnya masih banyak lagi hal hal yang mempengaruhi kepribadian, tetapi tidak dapat seluruhnya disampaikan di sini mengingat keterbatasan keterbatasan yang ada.



3.DapatKah kepribadian itu diRubah ? Jelaskan

Baik hati, cerewet, lemah lembut, hangat, agresif, jujur, sabar, optimis merupakan kata sifat yang sering digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang. Begitu juga konsep ekstrover/introver, emosi stabil/labil, locus of control internal/eksternal, konsep diri positif/negatif, dsb.

Kepribadian seseorang juga digambarkan berdasarkan profil motif (kebutuhan-kebutuhan), minat, nilai hidup, dsb. Pendek kata, banyak sekali hal yang dapat dideskripsikan untuk mewakili kepribadian seseorang.

Banyak orang berpikir bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang cukup stabil, tidak berubah-ubah. Orang yang keras kepala selamanya akan keras kepala. Orang yang cerewet selamanya akan cerewet. Orang yang lemah lembut selamanya akan lemah lembut.

Bila kita beberapa kali menghadapi perilaku rekan atau keluarga, kalau itu menyenangkan, kita segera menunjuk sifat baik orang itu. ”Memang orangnya baik, kooperatif”; ”Kamu orang yang optimistis” misalnya. Informasi mengenai perilaku yang bertentangan dengan sifat yang kita yakini, cenderung tidak kita percaya.

Sebaliknya, bila kita menghadapi kesulitan dalam menanggapi perilaku orang lain, kata-kata sifat negatif sering telontar, seperti ”Dasar keras kepala”, ”Dasar pembohong”, misalnya. Kadang ditambah lagi dengan ungkapan: ”Dasar sudah watak. Watak memang lebih sulit disembuhkan daripada watuk (batuk)”, misalnya.

Benarkah kepribadian merupakan sesuatu yang menetap, tidak dapat berubah? Keyakinan mengenai hal ini menentukan optimisme seseorang yang berkehendak untuk memengaruhi kepribadian orang lain.

Bila kepribadian diyakini sebagai sesuatu yang stabil (tidak dapat berubah), kita menjadi pesismis untuk dapat mengembangkan kepribadian. Berharap pun mungkin kita tidak mau. Lebih buruk lagi bila kita menutup diri untuk mengalami perkembangan dan perubahan kepribadian.

Definisi
Kepribadian secara umum diartikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang menentukan pola perilakunya. Feist & Feist (2002) dalam bukunya Theories of Personality menjelaskan bahwa secara spesifik kepribadian terdiri dari sifat-sifat atau disposisi-disposisi yang mengakibatkan perbedaan individu dalam perilaku.

Sifat-sifat seseorang itu mungkin sama-sama dimiliki dalam satu kelompok (keluarga, masyarakat), tetapi polanya antara individu berbeda. Jadi, tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang unik.

Di dalam Psikologi, definisi kepribadian yang paling sering disebut adalah definisi yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport. Psikolog yang meraih gelar doktor dari Harvard University dalam usia 24 tahun ini merangkum 49 definisi kepribadian dari berbagai sumber dan mengusulkan definisi yang cukup komprehensif.
Mula-mula (tahun 1937) ia mendefinisikan kepribadian sebagai ”organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.”

Tahun 1961 ia merevisi dengan mengubah frase terakhir menjadi ”yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.” Jadi, kepribadian adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.
Seperti yang dikisahkan Feist & Feist, Allport memilih tiap frase dalam definisinya secara hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang ingin ia katakan.

Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis; melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang di balik permukaannya; atau organisme di balik tindakannya.

Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin menunjukkan sesuatu yang unik atau individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapa pun. Kata ”perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal seperti berkata-kata atau tindakan.

Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Relatif Stabil
Meskipun mengalami perubahan, kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil. Hal ini sesuai penjelasan Allport bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola.

Feist & Feist menyatakan, kepribadian adalah konsistensi perilaku sepanjang waktu, dan konsistensi perilaku dalam berbagai situasi. Mereka melihat kepribadian sebagai pola, dan kurang memperhatikannya sebagai sesuatu yang dinamis, yang dapat tumbuh dan berubah.

Pandangan orang secara umum mengenai kepribadian sebagai sesuatu yang ajek, konsisten, dan tidak berubah, tidak sepenuhnya salah. Namun, perlu diingat bahwa keadaan yang relatif stabil itu juga mengalami pertumbuhan dan perubahan.

Pola perilaku yang relatif konsisten tampak dalam diri seseorang merupakan hasil integrasi dari berbagai aspek psikologis dan fisik (biologis). Faktor genetik merupakan bagian dari aspek yang menentukan kepribadian. Jelas ini merupakan sesuatu yang melekat dalam diri individu.

Kapan seseorang lahir, meskipun secara ilmiah belum diketahui bagaimana hal itu memengaruhi sifatnya, mungkin benar memiliki pengaruh terhadap kepribadian. Hal lain yang menyumbang keadaan relatif stabil pada kepribadian adalah lingkungan fisik yang tidak berubah, sehingga menghadirkan pola respon yang sama. Lingkungan sosial sama, yang memberikan respon relatif ajek kepada seseorang, juga menghasilkan pola respon balik yang ajek juga.

Bahwa lingkungan sosial yang sama ikut menentukan keajekan, perilaku seseorang dapat dilihat pada pola perilaku suku terasing yang cenderung sama. Bila dalam masyarakat itu mengizinkan perilaku agresif (misalnya perang antarsuku), mereka cenderung mengembangkan kepribadian yang agresif.

Namun, bila secara konsisten tidak mengizinkan perilaku agresif, misalnya suku Badui, Tengger, dsb, anggota masyarakat di dalamnya sama sekali tidak mengembangkan kepribadian agresif.

Kepribadian dan Situasi
Seperti kesimpulan Feist & Feist, kepribadian adalah konsistensi perilaku dalam berbagai situasi. Meski demikian, bukan berarti perilaku yang berbeda dari kebiasaan bukan bagian dari kepribadian orang tersebut.
Seorang dosen yang selalu sabar, hangat, suatu saat mengejutkan mahasiswanya ketika ia marah besar menghadapi gerombolan mahasiswa yang datang terlambat berturut-turut. Mereka mungkin mengira dosen penyabar itu tak akan marah. Mereka mungkin berpikir, ”Kok bisa menjadi segalak itu? Pasti sedang stres”.

Mereka mungkin tidak berpikir ”galak” sebagai bagian dari kepribadian dosennya. Mereka tidak mengira dosen itu menyimpan nilai kedisiplinan dan tanggung jawab sangat tinggi, dengan mengutamakan keteladanan.
Dibalut sifat yang hangat, nilai-nilai itu tidak biasa dimunculkan dalam bentuk keras. Namun, ketika berkembang situasi yang bertentangan dengan nilai yang dipegangya, kemarahannya meledak.

Pada dasarnya kepribadian adalah kompleks. Orang hanya menangkap kesan yang tampak mengenai kepribadian. Kepribadian seseorang kadang digambarkan hanya dengan beberapa kata sifat, bahkan satu tipe: machiavelian; killer; penyabar, dsb. Padahal, seperti kata Allport, ada berbagai aspek dalam kepribadian.

Selain strukturnya yang kompleks, perwujudan kepribadian dalam perilaku juga bergantung pada situasi yang dihadapi.

Pertumbuhan Kepribadian
Bahwa kepribadian dapat bertumbuh, dengan jelas digambarkan dalam teori-teori kepribadian yang berorientasi pada pertumbuhan. Salah satunya menggambarkan pertumbuhan kepribadian secara bertahap, yaitu teori Hierarki Kebutuhan Maslow.

Menurut Maslow, pada dasarnya kita terdorong untuk mengaktualisasi diri. Kepribadian orang yang telah mengaktualisasi diri berkembang sangat khas, lengkap dengan spiritualitas yang juga berkembang. Kita dapat mencapainya setelah melampaui tahap sebelumnya.
Siapa bilang kepribadian itu tidak dapat berubah?




4.Apa yang diMaksud dengan proses pembentukan identitas diri ? Jelaskan

Setiap manusia didalam hidupnya mengalami fase-fase perkembangan, salah satunya tahapan pencarian identitas diri. Identitas diri adalah suatu proses dalam memperjelas dan mengintegrasikan diri sendiri sebagai satu individu yang tersendiri dan
utuh. Erikson (1963) menyatakan identitas diri adalah cara seorang individu menata semua identifikasi, sifat-sifat, hasrat dalam orientasi yang dipercaya individu paling mewakili dirinya. Proses pembentukan identitas diri ini terjadi sepanjang hidup manusia dan secara kontinyu, seiring munculnya berbagai krisis dalam kehidupan.
Walaupun demikian, proses pembentukan identitas diri ini adalah tugas sentral pada masa remaja. Pada tahapan ini remaja mulai melakukan reorganisasi dan restruktur mengenai dirinya. Selain itu mereka juga mulai mengembangkan kemampuan intelektual yang lebih dan sebelumnya yang pada akhirnya membuat ia menyadari dan menghayati segala perubahan yang terjadi pada dirinya baik dan segi biologis, kognitif maupun dan segi sosial (Stenberg, 1999) sehingga, yang dimaksud dengan proses pencapaian identitas diri pada remaja adalah proses pencapaian identitas diri yang dipengaruhi oleh tokoh idolanya. Dimana tokoh idola cenderung memiliki peranan yang cukup penting bagi para remaja dalam penemuan identitas dirinya.


5.bila saudara ingin mengetahui kepribadian sesesorang hal-hal apa saja yang biasanya saudara perhatikan? (lihat ekspresi kepribadian)
Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian dari orang lain.Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan dari lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada. Apabila seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat dipastikan akan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada. Hal ini sangat sesuai dengan kata-kata bijak yang mengatakan ”at the first you make habbit at the last habbit make you”, yang berarti bahwa pada awalnya kamu membuat suatu kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itulah yang membentuk dirimu” (zero to hero; 26).
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami pasang surut seiring dengan besarnya tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada seseorang yang semakin ditempa oleh tantangn dan cobaan menjadi semakin kuat dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa. Oleh karena itu dalam makalah tentang kepribadian ini kami mengangkat judul ”Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa”
Dalam diri seseorang ibarat dua sisi mata uang, ada kepribadian yang positif dan negatif. Hal tersebut merupakan fitrah yang dimiliki oleh manusia dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun seperti halnya mata uang, kepribadian positif maupun negatif seseorang tidak muncul bersamaan. Pada suatu kondisi tertentu seseorang akan lebih dominan untuk bersikap positif, dan dilain kesempatan seseorang akan lebih dominan untuk bersikap negatif.
Secara alamiah dalam diri seseorang tersimpan suatu potensi yang dapat menambah dan berguna bagi kehidupan. Namun sayangnya tidak semua orang menyadari akan potensi yang terdapat pada diri mereka sendiri. Sehingga banyak dari teman-teman kita maupun orang disekitar mereka yang merasa tidak berguna. Hal inilah yang selanjutnya mempengaruhi kepribadian mereka menjadi orang yang mudah putus asa dan memiliki banyak keterbatasan. Padahal jika kita berbicara tentang keterbatasan, pastilah setiap orang juga memilikinya.
Satu hal yang perlu diubah dalam paradigma kita terhadap keterbatasan adalah ”masalah ini mungkin bisa diselesaikan tapi sulit, menjadi masalah ini sulit diselesaikan tapi bisa”. Dengan demikian optimisme merupakan kunci utama dalam menghadapi keterbatasan yang kita miliki. Sehingga kita dapat menjadi orang yang tidak sekedar biasa namun luar biasa.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu
1. Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2. Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3. Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4. Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra
5. Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6. Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7. Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
8. Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9. Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.
Setiap tipe pada enneagram berhubungan langsung dengan 2 tipe lainnya yang disebut sebagai panah. Tipe 1 berhubungan dengan tipe 7 dan 4, tipe 2 dengan tipe 8 dan 4, dst (lihat gambar). Dinamika hubungan antar tipe ini terjadi sebagai berikut : jika dalam keadaan rileks tipe 1 akan mengambil karakter positif dari tipe 7, dan jika dalam keadaan tertekan akan mengambil karakter negatif dari panah sebaliknya, yaitu tipe 4. Sebagai contoh, tipe 1 yang mengambil sisi positif tipe 7 tidak akan terlalu mengkritik diri serta lebih menerima diri, lebih antusias dan optimis, bertindak lebih alami dan spontan. Sedangkan jika sedang tertekan akan mengarahkan kemarahan ke dalam diri sendiri lalu menjadi depresi, hilang kepercayaan diri, dan menginginkan apa yang tidak mereka miliki. Contoh lain, tipe 2 yang sedang rileks, akan mengambil karakter positif dari tipe 4, dan jika sedang tertekan akan mengambil karakter tipe 8. Dan begitu seterusnya dinamika hubungan pada tipe-tipe lainnya.
Dilain pihak Paul Gunadi membagi tipe kepribadian seseorang menjadi empat jenis yaitu:
TIPE SANGUIN. Tipe ini mempunyai banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, bisa membuat lingkungannya gembira, senang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsive, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Jadi orang dengan kepribadian sanguin mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dia kurang bisa menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Dalam bukunya Tim LaHaye, orang-orang sanguin cenderung mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan dari luar bisa begitu memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya.
TIPE FLEGMATIK. Tipe flegmatik adalah orang yang cenderung tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi. Dia tidak menampakkan emosi, misalnya, sedih atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak nampak dengan jelas. Orang ini cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan juga seorang pengkritik yang berbobot. Kelemahannya adalah cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini membuat dia jadi orang yang kurang mau berkorban bagi yang lain. Maka salah satu buah Roh Kudus yang perlu ditingkatkan dalam dirinya adalah kemurahan atau murah hati. Karena dia cenderung menjadi orang yang egois.
TIPE MELANKOLIK. Orang yang melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup ini dan perasaannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahan orang melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Tidak mudah bagi orang melankolik itu untuk terangkat, untuk senang, atau tertawa terbahak-bahak.
TIPE KOLERIK. Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas. Dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang kolerik adalah kemampuannya untuk bisa merasakan perasaan orang lain agak kurang, belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
Setelah mengetahui tipe dari kepribadian kita masing-masing, menurut Solikhin Abu Izzudin, untuk menjadi seseorang yang luar biasa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Memanfaatkan waktu dengan baik.
Tidak sedikit orang yang gagal dalam kehidupannya karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Orang yang bijak akan menggunakan setiap waktu yang ada dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Mereka tidak akan mensia-siakan waktu hanya untuk menunggu dan berangan-angan.
2. Mempunyai Cita-Cita
Orang yang mempunyai cita-cita adalah orang yang mempunyai arah atau tujuan hidup yang jelas. Sehingga kehidupanya tidak hampa dan dipenuhi dengan tanda tanya.
3. Niat
Hal yang paling utama dilakukan sebelum kita bertindak adalah niat. Niat merupakan suatu motif dasar kita dalam bersikap dalam kehidupan. Jika niat kita positif maka hasilnya juga akan positif, namun sebaliknya jika niat kita negatif maka hasilnya pun tidak akan memuaskan.
4. Aktualisasi
Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah dengan mengaktualisasikan diri kita sesuai dengan cita-cita dan niat kita.







6. BerdasarKan jawaban saudara pada soal nomor 5, coba gambarKan kepribadain saudara masing-masing,apa kelebihan dan kekurangan saudara ?

Berikut ini Kelebihan tiap-tiap warna kepribadian:
7 KELEBIHAN KARAKTER DARI MASING - MASING WARNA
MERAH BIRU PUTIH KUNING
Komit Komit Sabar Pemaaf
Setia (tugas) Setia (orang) Toleran Positif
Visionaris Perfeksionis Kooperatif Bersahabat
Logis Tulus Menerima Optimis
Pemimpin Jujur Obyektif Percaya
Fokus Penuh tekad Seimbang Menghargai
Tanggungjawab Bermoral Pendengar Terbuka
________________________________________







Sekarang, mari kita lihat kekurangan masing - masing karakter:
7 KEKURANGAN KARAKTER DARI MASING - MASING WARNA
MERAH BIRU PUTIH KUNING
Sombong Paling benar Takut-takut Tidak komit
Tidak peka Menghakimi Diam-diam keras kepala Tidak konsisten
Pendengar yang buruk Mudah depresi Tidak jujur secara emosional Banyak tingkah
Tidak taktis Suka mengatur Malas Tidak tanggung jawab
Pemberontak Sukar memaafkan Menyendiri Pemberontak
Kritis (orang lain) Curiga Tergantung Egois
Tidak sabar Tidak rasional Tidak punya arah Permisif
________________________________________
Penulis sendiri cenderung condong pada sifat-sifat kelebihan dan kekurangan pada warna KUNING

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan kita, apa yang akan kita lakukan ? Langkah pertama adalah menerima dengan lapang dada bahwa kita memiliki kelebihan sekaligus juga memiliki kekurangan. Secara singkat arti menerima itu berarti menjadi diri sendiri. Tidak ada yang salah dengan diri anda dan tidak ada jawaban atas pertanyaan mengapa saya seperti ini. Tuhan memang menciptakan manusia dengan keunikannya sendiri dengan tujuan untuk saling melengkapi.
Langkah berikutnya adalah berusaha untuk berubah, setiap hari dalam setiap kesempatan. Kabar baiknya, Tuhan selalu menempatkan kita pada situasi yang tidak kita senangi dan tidak kita harapkan terjadi dalam hidup kita. Di sini kita mempunyai pilihan untuk menghadapi atau menghindarinya. Ketika kita memilih untuk menghindari situasi tersebut berarti kita MENUNDANYA untuk sementara waktu. Percayalah ! Putih seumur hidupnya menghindari konfilk, namun sepanjang waktunya dia akan bertemu dengannya.
7.Sehubungan dengan soal nomor 5, untuk mengetahui kepribadian seseorang metode apa saja yang biasa digunakan (lihat hal 173-174)
Metode untuk mengetahui kepribadian seseorang adalah
Melalui metode wawanacara dan observasi melalui proses simulasi, games ( permainan ), diskusi dan sebagainya. Semua itu dilakukan agar psikolog dapat memberikan gambaran yang selengkap dan setepat mungkin tentang kepribadian para subjek yang diperiksa. Bukan suatu hal yang mudah, karena suami atau istri subjek,bahkan orang tua subjekyang sudah hidup bersama selama bertahun-tahun belum tentu mengenal betul kepribadian subjek. Sementara itu, seorang tim psikolog harus bisa mendeskripsikan kepribadian orang yang diperiksanya hanya dalam waktu sehari atau dua hari.
Berbeda dari alat psikodiagnostik untuk mengetahui tingkat kecerdasan (IQ), tes-tes kepribadian tidak hanya menggunakan teknik mengukur (kuantitatif, psikometri) melainkan juga menggunakan teknik tes proyeksi, dan tes inventori ( pilihan ganda ,self-report ). Tes-tes psikometri untuk mengukur ( Emotional intelligence,Goleman ). Atau untuk mengukur kepemimpinan.

8.Dalam situasi apa saudara merasa perlu mengetahui kepribadian seseorang ?

-Kepribadian berinteraksi dengan situasi
Misalnya dalam situasi pembelian (pemenuhan kebutuhan), orang yang dogmatic tidak akan seberani orang yang inovatif dalam membeli produk baru. Sampai sekarang masih ada juga orang yang fanatic pada produk dari Negara tertentu yang dipandang sebagai Negara berteknologi tinggi dan memproduksi produk-produk yang berkualitas.

TEORI KEPRIBADIAN

kepribadian terdiri dari , yaitu : TRAIT dan TIPE (type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait menggambarkan konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada trait.
Trait merupakan disposisi untuk berperilaku dalam cara tertentu, seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang pada berbagai situasi. Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi, yaitu:
A. Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang membedakan seseorang dari yang lain, sehingga:
• Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
• Trait konsisten dari situasi ke situasi
B. Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun karakteristik tingkah laku dapat berubah karena:
• ada proses adaptif
• adanya perbedaan kekuatan, dan
• kombinasi dari trait yang ada

Personality seseorang, ditentukan oleh tiga hal yang saling mendukung satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan,yakni,
1. Genetik.Keturunan
2. Lingkungan, mulai dari budaya, lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan.
3. Situasi, kepribadian seseorang bisa berubah pada situasi-situasi tertentu.
Idealnya seseorang akan memiliki kepribadian yang tidak jauh beda dengan leluhurnya/orang tuanya. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan atau situasi tertentu, bukan tidak mungkin kepribadiannya berbeda dengan ciri keperibadian keluarganya.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu
1. Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2. Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3. Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4. Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra
5. Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6. Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7. Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
8. Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9. Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik.Kepribadian bisa dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi Dalam batasan kepribadian yang dikemukakan di atas ada 4 hal yang perlu diuraikan yakni :
1. dinamis, berarti kepribadian selalu berubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga-tenaga dari dalam diri individu yang ebrsangkutan, akan tetapi perubahan tersebut tetap berada dalam batas-batas bentuk polanya.
2. organisasi system, ini mengandung pengertian bahwa kepribadian itu merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
3. psikofisis, ini berarti tidak hanya bersifat fisik dan juga tidak hanya bersifat psikis tetapi merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut.
4. unik, berarti kepribadian antara individu yang satu dengan yang lain tidak ada yang sama.

Kepribadian memiliki banyak segi dan salah satunya adalah self atau diri pribadi atau citra pribadi. Mungkin saja konsep diri actual individu tersebut (bagaimana dia memandang dirinya) berbeda dengan konsep diri idealnya (bagaimana ia ingin memandang dirinya) dan konsep diri orang lain (bagaimana dia mengganggap orang lain memandang dirinya). Keputusan membeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

Kamis, 17 Juni 2010

Tips Agar si Kecil Mau Mendengarkan Orangtua

Vera Farah Bararah - detikHealth

Anak-anak seringkali tak mau mendengarkan apa yang orangtua bilang padanya. Tidak perlu marah atau kesal lalu menggunakan kekerasan untuk mengatasinya, karena ada 6 cara agar si kecil mau mendengarkan.


Sebagian besar anak tidak mau mendengarkan orangtuanya karena ingin mendapatkan perhatian lebih. Tetapi hal ini tentu saja tak bisa dibiarkan, karena menjadi pendengar yang baik bisa membantu anak belajar lebih efektif, mengetahui adanya sinyal bahaya, bersosialisasi dengan baik serta bisa menghargai orang lain.

"Karena itu tak terlalu dini untuk mulai mengajarkan anak agar mau mendengarkan orangtuanya, karena anak masih dalam tahap perkembangan sehingga banyak keterampilan yang dimilikinya," ujar Roni Leiderman dari Family Center, Nova Southeastern University di Fort Lauderdale, Florida, seperti dikutip dari Babycenter, Jumat (18/6/2010).

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan agar si kecil mau mendengarkan orang lain, yaitu:

Usahakan untuk mendekati anak
Terkadang orangtua berteriak dari tempat yang jauh untuk memberitahu anak, hal ini tidak akan memberikan dampak yang efektif. Usahakan untuk berada setara dengan anak misalnya berjongkok atau agak menunduk sehingga bisa melihat mata anak untuk mendapatkan perhatiannya. Kondisi ini akan membantu anak untuk mau mendengarkan orangtuanya.

Berikan pesan yang jelas dan sederhana
Anak-anak akan sulit menemukan pesan yang diinginkan orangtuanya jika kata-kata yang diucapkan bertele-tele atau terlalu panjang. Jika memang tidak ada pilihan bagi anak, maka sebaiknya tidak menggunakan kalimat pertanyaan. Misalnya "Sudah waktunya untuk masuk ke mobil," akan berdampak lebih besar dibandingkan, "Ayo naik ke kursi mobil, sayang?".

Perkuat pesan dengan sering mengulanginya
Pesan yang ingin disampaikan ke anak mungkin tak akan cukup dengan hanya mengucapkannya sekali. Karena itu tak ada salahnya untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan berulang-ulang dengan mengucapkannya, lalu memberi isyarat visual (seperti menjentikkan jari), isyarat fisik (meletakkan tangan di bahu anak dengan lembut) dan mendemonstrasikannya.

Memberikan peringatan
Orangtua bisa memberikan beberapa pemberitahuan terlebih dahulu pada anak sebelum menginginkan perubahan yang besar, terutama jika anak sudah terlihat menikmati kebiasaan tertentu. Peringatan yang diberikan sebaiknya tetap menggunakan kata-kata yang positif dan lembut.

Memotivasi dengan baik
Memberitahu anak dengan berteriak mungkin bisa memberikan hasil, tapi tidak ada yang menikmati proses ini. Sebagian besar anak akan merespons baik ketika orangtua memperlakukannya dengan cara humor, misalnya membuat suara-suara konyol atau menyampaikan pesan sambil bernyanyi. Humor yang baik, kasih sayang dan kepercayaan yang orangtua tunjukkan saat berbicara akan membuat anak mau mendengarkannya.

Jadilah model perilaku yang baik untuk anak
Seorang anak akan meniru tingkah laku dan perkataan dari orang-orang disekitarnya. Karena itu berikan perilaku dan tutur kata yang baik saat berhubungan dengan siapapun, hal ini akan dilihat oleh anak dan membuat anak berpikir bahwa perilaku seperti itulah yang harus dilakukannya.

(ver/up)

Rabu, 16 Juni 2010

Kontribusi Psikologi terhadap Pendidikan

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.

1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1.Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2.Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3.Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4.Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5.Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6.Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7.Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
8.Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
9.Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar t.ujuan-tujuan lain.
10Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
11.Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
12.Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

=============
Sumber : Ahmad Sudrajat

Umpan Balik yang Efektif bagi Siswa

Umpan balik merupakan sebuah proses di kelas yang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti praktik pembelajaran sejak tahun 1970-an hingga sekarang ini. Secara konsisten, para peneliti telah menemukan bukti-bukti bahwa ketika guru mampu menggunakan prosedur umpan balik yang efektif ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya. Bahkan, hasil studi yang dilakukan Bellon, Bellon, dan Blank menunjukkan bahwa dibandingkan dengan berbagai perilaku mengajar lainnya, pemberian umpan balik akademik ternyata lebih berkorelasi dengan prestasi belajar siswa. Dengan tanpa memandang kelas, status sosial ekonomi, ras, atau keadaan sekolah korelasi ini cenderung konsisten. Ketika umpan balik dan prosedur korektif digunakan secara tepat ternyata sebagian besar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya hingga di atas 20% .

Umpan balik yang efektif merupakan bagian integral dari sebuah dialog instruksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri, dan bukanlah sebuah praktik yang terpisahkan.

Terkait dengan umpan balik yang efektif ini, Black dan Wiliam mencatat tiga komponen penting yaitu:

(1) Recognition of the desired goal.

Umpan balik diberikan sebagai respons atas kinerja siswa. Kinerja siswa adalah kesanggupan siswa untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas berbagai tujuan pembelajarannya. Guru harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai secara jelas dan dapat mengkomunikasikannya pada awal pembelajaran, baik tentang wilayah materi, indikator kurikuler maupun penguasaan tujuan.

Salah satu metode yang cukup efektif untuk memastikan bahwa siswa memahami tujuan pembelajarannya yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam menetapkan “kriteria keberhasilan” yang bisa dilihat atau didengar. Misalnya, guru dapat memperlihatkan beberapa contoh produk sebagai tujuan pembelajaran yang patut ditiru oleh para siswa, menunjukkan kalimat-kalimat yang benar dengan ditulis menggunakan huruf kapital, kesimpulan yang diambil dari data, penyajian tabel atau grafik dan sejenisnya.

Apabila para siswa telah dapat memahami tentang kriteria keberhasilan pembelajarannya, mereka akan terbantu untuk mengarahkan belajarnya dan mereka akan lebih mampu untuk melaksanakan proses pembelajarannnya

Selain memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran, guru juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami indikator dari tingkat penguasaan tujuan pembelajarannya, baik secara lisan, tertulis maupun dalam bentuk lainnya.

(2) Evidence about present position

Istilah ”bukti” di sini menunjuk kepada informasi atau fakta tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, khusunya tentang sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan sejauhmana tujuan pembelajaran itu belum tercapai.

Grant Wiggin mengemukakan bahwa umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian atau celaan, persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan nilai atau makna. Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa yang telah dilakukan dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik juga harus bersifat obyektif, deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat yakni pada saat tujuan pembelajaran masih segar dalam benak siswa.

Salah satu cara pemberian umpan balik yang cukup bermakna yaitu dengan membandingkan produk siswa dengan kriteria keberhasilan telah telah dikomunikasikan sebelumnya. Contoh sederhana pemberian umpan balik yaitu dengan membuat sebuah format tentang “Daftar Kriteria Keberhasilan”. Dalam daftar tersebut, guru dapat memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang telah berhasil dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum dipenuhinya.

(3) Some understanding of a way to close the gap between the two.

Umpan balik yang efektif yaitu harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa tentang bagaimana melakukan perbaikan. Black dan Wiliam menegaskan bahwa setiap siswa harus diberi bantuan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Guru tidak hanya memberikan umpan balik yang mencerminkan tentang kinerja yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran siswanya, tetapi juga harus dapat memberikan strategi dan tips tentang cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan, serta kesempatan untuk menerapkan umpan balik yang diterimanya.

Wiggins meyakini bahwa melalui siklus umpan balik ini dapat menghasilkan keunggulan kinerja siswa. Oleh karena itu, siswa harus senantiasa memiliki akses rutin terhadap kriteria dan standar-standar tugas yang harus dituntaskannya; mereka juga harus memperoleh umpan balik dalam upaya menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka harus memiliki kesempatan untuk memanfaatkan umpan balik untuk memperbaiki kerjanya serta mengevaluasi kembali terhadap standar

Sumber :

Diterjemahkan dari judul asli : Providing Students with Effective Feedback. Academic Leadership Jounal online Volume 4 – Issue 4 Feb 12, 2007