Kamis, 13 Mei 2010
MENUJU SUKSES BELAJAR, KARIER DAN KELUARGA
Soleh Amini Yahman
Pendahuluan
Membaca judul tulisan di atas, rasanya sebagai sesuatu yang imposible bila ketiganya bisa diraih secara bersama-sama. Artinya tidak mungkin seseorang bisa meraih sukses bersamaan pada tiga aktivitas sekaligus, yaitu sukses belajar, sukses kareir dan keluarga. Mengapa demikian ?
Karena ketiga bidang kegiatan tersebut merupakan suatu proses sosiopsikofisik yang luar biasa beratnya. Dengan keterbatasan insaniahnya, manusia sulit mencapai sukses ketiganya secara bersama-sama. Bila hal tersebut dipaksakan, maka besar kemungkinan akan terjadi proses degradasi mental yang menyebabkan seseorang menjadi “frustrasi” stress atau gangguan kejiwaan lainnya. Untuk menghindari terjadinya hal-hal negatif tersebut maka, seseorang (mahasiswa) harus “tahu diri” , dalam arti bisa mengukur kemampuan psikofisik dan sosial. Ketiga sukses terebut akan tercapai atau teraih secara simultan, bila individu dapat mengetrapkan falsafah “ambeg paromoartha” yaitu falsafat yang berarti “mendahulukan/memperioritaskan hal yang lebih penting dahulu.
I. Belajar di Perguruan Tinggi
Kehidupan seorang mahasiswa perguruan tinggi dengan siswa sekolah menengah, adalah sangat jauh berbeda. Memasuki dunia mahasiswa berarti memasuki dunia manusia dewasa, ia telah ditasbihkan sebagai sosok pribadi yang dinyatakan telah dewasa dalam arti yang sebenarnya. Ia bukan lagi sebagai pribadi yang selalu tergantung kepada bapak ibu guru dalam belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. Dalam diri seorang mahasiswa harus tertanam sikap mandiri, dalam arti mampu dan bisa memecahkan problem kesulitan-kesulitan yang ditemuinya, baik kesulitan di bangku kuliah maupun di dalam kehidupannya sehari-hari. Peran dosen dalam kehidupan seorang mahasiswa di perguruan tinggi hanyalah sebagai fasilitator, bukan sebagai guru atau resi yang menurunkan ilmunya kepada murit-muritnya. Oleh karena itu , hubungan antara mahasiswa dengan dosen bukan bersifat struktural, bukan hubungan yang sifatnya up-down atau hubungan yang bersifat patron-klien. Hubungan dosen dan mahasiswa adalah bersifat kemitraan meskipun bukan berarti kesejajaran. Hubungan dosen – mahasiswa dalam proses belajar harus bersifat take and give , yaitu hubungan yang saling memberi dan menerima. Dari statement ini maka dalam proses belajar di perguruan tinggi, mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan diri dengan bekal pengetahuan yang luas. Tanpa bekal tersebut, mahasiswa akan mengalami kesulitan mengikuti proses pembelajaran di perguruan tinggi. Salah satu kiat untuk hal tersebut adalah menggiatkan kegemaran membaca. Dengan membaca (apa saja, terutama yang berkaitan dengan minat keilmuannya) akan membuka cakrawala wawasan seluas-luanya, gemar mengikuti kegiatan ilmiah (misalnya seminar, diskusi, panel, work shop, riset dan sebagainya) dan bergaul dengan orang-orang intelek.
Belajar adalah merupakan aktivitas mental tingkat tinggi yang melibatkan unsur kognisi, afeksi, konasi dan psikomotorik. Untuk dapat belajar secara baik, sehat dan benar diperlukan sikap mental yang sehat, fisik yang sehat dan cara pandang yang sehat pula.
Landasan utama bagi pembentukan cara belajar yang baik adalah adanya sikap mental yang baik. Ada empat sikap mental yang harus dikembangkan setiap mahasiswa agar dapat belajar secara sehat, benar dan sukses di perguruan Tinggi, yaitu.
1. Tentukan tujuan Belajar Sejak awal
2. Kembangkan Minat terhadap Pelajaran
3. Tumbuhkan Kepercayaan Pada diri Sendiri
4. Wujutkan Keuletan dalam belajar
1.Tentukan Tujuan Belajar.
Belajar di Perguruan tinggi harus diarahkan kepada suatu cita-cita tertentu. Cita-cita yang diperjuangkan dengan kegiatan belajar tersebut lalu menjadi tujuan belajar. Biasanya tujuan belajar di perguruan tinggi akan bersambung dengan tujuan hidupnya. Apakah kelak ia ingin jadi dokter, ahli hukum, akuntan, pengusaha, militer dan sebagainya. Tujuan belajar yang bersambung dengan cita-cita di masa depan itu akan merupakan suatu pendorong untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Tanpa motif untuk meraih cita-cita maka semangat belajar akan padam, itu artinya keberadaan anda sebagai mahasiswa di perguruan tinggi hanyalah sebagai penggembira dan '‘dari pada nganggur saja di rumah”. Belajar tanpa cita-cita dan tujuan masa depan sama dengan layangan putus yang melayang tanpa arah. Oleh akrena itu karena saat ini anda telah memutuskan untuk belajar ilmu ekonomi (misalnya) maka bulatkan tekad anda untuk menjadi ekonom atau ahli ilmu ekonomi. Kalau cita-cita anda di luar dunia ekonomi lebih baik anda segera cabut dari STIE-S sekarang juga. Jangan memutusakan kuliah di STIE ini kerena prinsip “daripada nggak kuliah” atau karena ikut teman. Karena STIE-S bukan keranjang sampah untuk menampung para penganggur-penganggur berduit.
2. Minat terhadap Pelajaran
Setelah memulai belajar, hendaklah setiap mahasiswa menaruh minat yang sebesar-besarnya terhadap pelajaran yang diikuti. Minat tidak hanya ditujukan kepada satu atau dua mata pelajar yang pokok saja, melainkan juga terhadap semua mata pelajaran. Suatu pelajaran akan dapat diikuti dengan baik bila di dalam diri pelajar ada minat, sebab dengan minat itulah konstrentrasi akan terbentuk.
3. Kepercayaan Pada Diri Sendiri.
Setiap mahasiswa harus yakin bahwa ia mempunyai kemampuan untuk memperoleh hasil yang baik dalam usaha belajrnya. Dengan self confidance (rasa percaya diri) dan self acceptance (penerimaan diri sendiri) ini mahasiswa pasti akan dapat mengikuti dan mengerti pelajaran-pelajaran di fakultasnya dengan baik. Namun demikian , dalam membangun rasa percaya diri ini juga harus rasional, dalam arti asal percaya diri tanpa mempersiapkan diri dengan baik. Rasa percaya diri harus dibarengi dengan kemampuan menghitung kemampuan diri alias waspada, sehingga tidak "asal wani” dan asal maju. Kalau ini yang terjadi, maka ini namanya sembrono. Dengan rasa percaya diri maka tidak ada mahsiswa yang nyontek jika ujian. Rasa percaya diri yang positip akan menjauhkan mahasiswa dari perilaku curang dan kenistaan intelektual dalam kegiatan akademiknya.
4. Keuletan
Yang memulai pekerjaan itu banyak, tetapi yang dapat tahan hingga proses pekerjaan itu berakhir hanyalah sedikit. Demikian pula yang memasuki perguruan tinggi setiap tahunnya sangat banyak, tetapi yang bisa tahan sampai selesai pelajarannya tidaklah banyak.
Kehidupan mahasiswa selama belajar di perguruan tinggi itu penuh dengan kesulitan-kesulitan. Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan sosiokultural, kesulitan lingkungan dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut akan lebih terasa lagi bagi mahasiswa yang bekerja atau dan yang telah berkeluarga.. Oleh karena itu setiap mahasiswa harus mempunyai “keuletan’ dan kesemaptaan jasmani rohani, mental maupun fisikalnya. Keuletan rohani jasmani akan membuat mahasiswa berani menghadapi segala kesulitan dan tidak mudah pustus asa. Untuk memupuk keuletan itu maka hendaklah kesulitan itu ditempatkan / dipandang sebagai tantangan yang harus dihadapi, bukan sebagai penghambat yang membuatnya nglokro. Motivasi yang kuat akan menjadi sumber energi yang besar dalam menghadapi tantangan-tantangan dan kesulitan-kesulitan tadi.
II. Menuju Bekerja Sukses
Bekerja adalah merupakan proses psikofisik sebagai salah satu wujut aktualisasi diri manusia. Dengan bekerja seseorang merasa memperoleh kepuasan jasmani dan rohani.
Keberhasilan bekerja tidak terlepas dari keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran sebelumnya. Keberhasilan proses pembelajaran yang dimaksudkan di sini bukan terletak pada perolehan angka indeks prestasi hasil belajar formal yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah atau perguruan tinggi. Keberhasilan belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan kemudian mengetrapkan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya tersebut dalam bentuk kreatifitas karya. Untuk menuju sukses bekerja, bagi seorang mahasiswa yang belajar sambil bekerja harus pandai-pandai memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk bekerja. Pekerjaan bagaimanapun juga tidak boleh dilakukan dengan tidak bertanggung jawab, karena alasan sedang belajar. Bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja harus berani menghadapi resiko, kuliahnya agak panjang dibanding mahasiswa yang tidak bekerja. Keberanian dituntut jika yang bersangkutan benar-benar ingin sukses kedua-duanya, meskipun tidak bersamaan waktunya.
III. Sukses Membangun Keluarga.
Keluarga adalah segala-galanya bagi kehidupan manusia. Belajar, bekerja dan berkarya, semuanya akan bermuara pada keluarga. Di dalam keluarga inilah seseorang mencurahkan hidupnya, sehingga tidak ada artinya sukses belajar, sukses bekerja kalau hancur kehidupan keluarganya. Sukses belajar, sukses bekerja harus diarahkan untuk suksesnya kehidupan keluarga. Belajar dan bekerja diniatkan untuk bekal berkeluarga Oleh karena itu , bagi mahasiswa yang belum berkeluarga, tetapi sudah bekerja hendaklah dibiasakan hidup hemat dan suka menabung. Sedang mahasiswa yang sudah bekerja dan berkeluarga , hendaklah mempersiapkan dan mendesain kegiatan belajarnya dengan menyusun skala kepentingan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Membangun pengertian antar anggota keluarga
2. Membuat skala prioritas dalam memenuhi kepentingan belajar, bekerja dan kepentingan keluarga.
3. Memfokuskan kegiatan belajar, bekerja dan berkarya untuk sukses keluarga.
4. Menempatkan keluarga sebagai bagian dari proses belajar dan bekerjanya
5. Menempatkan keluarga di atas segala kegiatan yang ada.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar