Minggu, 16 Mei 2010
PERSEPSI SOSIAL
soleh amini yahman
Tujuan Umum Perkuliahaan
Tujuan umum perkuliahan pada sub bab ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang bagimana proses individu di dalam pemahaman lingkungan sosialnya. Focus diskusi pada perkuliahaan ini tertuju pada bagaimana individu mengenal dan memahami orang lain, factor apakah yang membuat orang terkesan pada orang lain. Selain mengkaji tentang kesan terhadap orang lain juga dibicarakan teori atribusi yang menjelaskan bagaimana orang memahami penyebab terjadinya perilaku seseorang. Selain itu diskusi pada kuliah juga akan diarahkan pada bagaimana orang mempresentasikan dirinya agar memberi kesan tertentu pada orang lain
Persepsi Terhadap Orang lain
Bagaimana wujud hubungan social kita dengan orang lain sangat tergantung pada bagaimana kesan kita terhadap orang tersebut. Jikalau kita bertemu dengan seseorang dan kemudian kitamemperoleh kesan yang baik tentang diri orang tersebut kita biasanya akan berminat untukmelanjutkan hubungan atau interaksi lebih lanjut. Namun sebaliknya jika kita mendapati kesan yang negative atau kesan yang tidak menyenagkan terhadap orang yang baru kita kenal sangat kecil kemungkinan kita untuk mau membangun hubungan yang relative permanent dengan orang tersebut. Nah bertemu dengan orang yang menyenangkan tentu akan membuat interaksi social kita dengan orang tersebut menjadi lebih hangat dan lebih memuaskan. Pertanyaan yang muncul atas ilustrasi tersebut adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesan kita terhadap orang lain. Factor-faktor inilah yang pada uraian selanjutnya akan mendapatkan porsi pembahasan yang panjang lebar.
Pengertian Persepsi.
Sebelum lebih jauh membahas masalah persepsi social, tidak ada buruknya bila kita kembali membuka catatan lama kita tentang pengertian persepsi itu. Apakah yang dimaksud dengan persepsi . secara definitip hamapir semua ahli psikologi bersepakat menterjemahkan persepsi sebagai tanggapan atau respon indrawi yang dilakukan individu atas rangsang-rangsang indrawi yang dihadapinya.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan suatu proses yang diterima stimulus individu melalui alat reseptor yaitu alat indera. Proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya karena individu mengenali dunia luarnya dengan menggunakan indera.
Walgito (1997) menjelaskan pengertian persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu, akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
Gibson, dkk (1989) yang menyatakan persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsir dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek), tanda-tanda dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap. Gibson, dkk (1989) juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu akan memberikan arti kepada stimulus dengan cara yang berbeda meskipun obyeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebioh penting dari pada situasi itu sendiri.
Persepsi bersifat individual, meskipun stimulus yang diterimanya sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berfikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi pada setiap individu. Taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.
Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan, bahwa persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia kemudian diproses dan dikategorikan dalam suatu gaya tertentu atau dengan kata lain persepsi adalah interpretasi terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan yang bersifat individual, meskipun stimulus yang diterimanya sama, tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan berfikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkinkan terjadi perbedaan persepsi pada setiap individu.
A. Pengertian Persepsi Sosial
Dalam psikologi, persepsi secara umum diterjemahkan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi social dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan social serta menjadi fokusnya adalah orang lain (Sarlito, 2009).
Dalam pengertian yang lebih meluas, persepsi social dapat dijelaskan sebagai aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui proses social, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain (y know about you). Teiford, 2008 mengatakan sebagai bidang kajian keilmuan, persepsi social adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain. Teori-teori dan penelitian persepsi social selalu berkaitan dengan masalah kodrat, penyebab-penyebab, dan konsekuensi dari persepsi terhadap satuan satuan social, seperti diri sendiri, individu lain, kategori-kategori social dan kumpulan atau kelompok tempat orang tergabung tau kelompok laimnnya. Persepsi social juga merujuk pada bagaimana orang daspat mengerti dan megkategorisasikan dunia. Oleh karena itu persepsisosial itu sesungguhnya merupakan sebuah kontrutuksi dari pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh individu dari dunia disekitarnya. Sebagai hasil konstruksi pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari persepsi social tidak selalu sesuai dengan kenyataannya. Artinya sangatmungkin terjadi bias persepsi.
Isi dari persepsi social bisa berupa apa saja. Diantaranya meliputi aribut-atribut individual yang mencakup kepribadian, sifat-sifat, disposisi tingkah laku, karakteristik fisik dan kemampuan menilai. Akan tetapi ruang lingkup persepsi social biasanya lebih ditekankan pada sisi mikro dan lebih terarah kepada penyimpulan individual terkait dengan karakteristiknya sendiri atau karakteristik individu lain.
Secaralebih khusus, dengan persepsi social ini individu (kita) berusaha untuk (1) mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, dikehendaki dan didambakan oranglain ;(2) membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekpresi wajah, tekanan suara, gerak gerik tubuh, kata-kata dan tingkah laku orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut..
Persepsi Terhadap Orang lain
Bagaimana wujud hubungan social kita dengan orang lain sangat tergantung pada bagaimana kesan/ persepsi kita terhadap orang tersebut. Jikalau kita bertemu dengan seseorang dan kemudian kitamemperoleh kesan yang baik tentang diri orang tersebut kita biasanya akan berminat untukmelanjutkan hubungan atau interaksi lebih lanjut. Namun sebaliknya jika kita mendapati kesan yang negative atau kesan yang tidak menyenagkan terhadap orang yang baru kita kenal sangat kecil kemungkinan kita untuk mau membangun hubungan yang relative permanent dengan orang tersebut. Nah bertemu dengan orang yang menyenangkan tentu akan membuat interaksi social kita dengan orang tersebut menjadi lebih hangat dan lebih memuaskan. Pertanyaan yang muncul atas ilustrasi tersebut adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesan kita terhadap orang lain. Factor-faktor inilah yang pada uraian selanjutnya akan mendapatkan porsi pembahasan yang panjang lebar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perspepsi terhadap Orang lain
Kesan yang terbentuk dalam pikiran kita di saat kita pertama kali berjumpa dengan orang lain ternyata banyak sekali dipengaruhi oleh berbagai hal. Diantara banyak hal tersebut tiga hal yang paling dominan adalah penampilan fisik, ciri-ciri sosial demografis dan pengelolaan komunikasi non verbal. Informasi-informasi yang kita peroleh dari hal-hal tersebut diolah oleh pikiran kita dan menghasilkan suatu persepsi tertentu. Selanjutnya mari kita bahas satu per satu tiga factor utama yang mempengaruhi persepsi social tersebut.
1. Ciri-ciri Penampilan Fisik
Penampilan fisik seseorang akan menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap orang lain. Penampilan fisik ini sangat bertautan erat dengan rupa atau wajah seseorang. Apakah wajah tersebut menarik atau tidak menarik. Jadi persoalan mendasar terkait wajah ini bukan pada aspek cantik atau tidak cantik atau ganteng atau tidak ganteng. Selain terkait dengan wajah atau rupa, cirri-ciri penampilan fisik ini juga sangat terkait dengan bagaimana cara berpakaian (model dan bahan serta cara-cara memakainya), postur tubuh, dandanan atau make up, asesesories yang dikenakan juga tata rambut dan bau tubuh.
Telah banyak hasil penelitian yang menujukkan bahwa orang yang secara fisik tampak menarik, cantik, guanteng dan memiliki sifat kepribadian tertentu (ramah, supel) dinilai/dipersepsikan sebagai pribadi yang menyenangkan. Dion &dion (1987) menemukan bahwa orang yang fisiknya menarik dinilai memiliki kepribadian yang menyenagkan. Mereka dinilai menarik, hubungan sosialnya baik, mandiri, dominant, hangat dalam pergaulan dan sukses dalam hidupnya jika dibandingkan dengan orang yang tidak menarik. (Gillen (19810 juga menemukan bahwa pria yang tampan dinilai/dipersepsikan lebih maskulin dan wanita cantik dipersepsikan lebih feminism jika dibandingkan dengan mereka yang tidak tampan atau tidak cantik.
Menurut Suedfeld, Bochner dan Matas (1971), selain wajah yang menarik, cara berpakaian dan jenis pakaian yang dipakaipun menentukan kesan terhadap diri seseorang. Pakaian adalah refleksi kepribadian kita dimata orang lain. Dari cara berpakaian dan pilihan pakaian kita mempunyai kesan terhadap orang lain. Penelitian lapangan yang dilakukan oleh Matas Dkk (1971) menujukkan bahwa cara berpakaian akan menentukan apakah orang akan mau menandatangani petisi anti perang. Dalam penelitian lapangan tersebut peneliti menugaskan kepada dua orang asisten ekperimen untuk menghadiri demontrasi anti perang Vietnam dan meminta peserta demontrasi untuk menandatangani petisi anti perang. Salah seorang asisten ekperinet tersebut mengenakan pakaian gaya “hippies” yang banyak kesamaannya dengan penampilan para demontransi, sedangkan seorang asisten lainya berpakaian dengan style rapi yang konservatip. Hasil penelitian menujukkan asiosten yang berpakaian ala hippies memperoleh lebih banyak tanda tangan dari peserta jika dibandingkan dengan asisten lainnya yang berpakaian rapi.
2. Ciri-ciri Social demografis.
Cirri social demografis (social demographic characteristic) seperti jenis kelamin, asal suku dan status social ekonomi yang melekat pada diri seseorang ikut menentukan persepsi dan kesan terhadap mereka.
Jenis kelamin : penelitian terhadap jenis kelamin terhadap kemampuan diri seseorang dilakukan oleh banyak orang. Penulis sendiri pernah mengadakan survai tentang upah pekerja pria dan wanita pada sector pembangunan property yang ternyata terdapat perbedaan. Besarnya upah antara pekerja laki-laki dan perempuan ternyata berbeda walaupun kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka sama .
Goldberg (1968) dalam penelitiannya mendapati fakta bahwa umumnya wanita dinilai lebih rendah kemampuannya jika disbanding dengan pria dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu. Goldberg dalam penelitiaannya meminta sejumlah responden perempuan untuk menilai karangan ilmiahdalam berbagai bidang ilmu seperti hokum, tata kota, arsitek. Karangan-karangan tersebut dibuat dalam dua versi. Versi pertama diberi nama pengarah laki-laki yakni John Mc Kay, dan versi kedua diberi namapengarang wanita. Tidak ada perbedaan sama sekali dalam karangan tersebut kecuali perbedaan nama pengarang.. Hasil penelitian menujukkan bahwa responden memberikan evaluasi dengan cara berbeda. Karangan yang diberi nama pengarang pria dinilai lebih baik jika disbanding dengan karanag yang diberi nama wanita. Dari sini disimpulkan bahwa jeniskelamin mempengaruhi persepsi terhadap kemampuan seseorang. Persepsi ini adalah suatu bias yang tidak menggambarkan hal yang sebenarnya.
Suku (ras / etnic) : pada suatu ketika kita diminta untuk bertemu dengan seorang yang bernama Ivan situmorang yang berasal dari batak karo sumater utara, dan pada hari yang lain kita diminta pula bertemu dengan I made Budi dari bali juga dengan R. Widodo Raharjdo yang asli Solo jawa tengah. Biasanya sebelum kita bertemu kita membayangkan seperti apasifat daripada orang-orang yang akan kita jumpai. Dalam persepsi kita ada perbedaan sifat antara orang yang berbeda suku. Asal suku orang yang kita jumpai ikut menentukan kesan terhadap orang tersebut. Hal ini sangat terkait dengan pada stereotip yang mungkin sudah terbentuk dalam benak kita bahwa orang batak itu keras dna kasar, orang bali santun sedangkan orang jawa lembut dan sebagainya.
Status Sosial ekonomi. Penampilan diri yang tertampil pada gaya penampilan tertentu akan sangat mempengaruhi persepsi orang terhadap diri kita. Pengalaman penulis pribadi menujukkan bahwa penampilan diri seperti seseorang yang berasal dari golongan status social ekonomi rendahmempengaruhi persepsi terhadap diri kita. Pada suatu ketika penulis diundang sebagai pemateri pada forum seminar nasional di sebuah hotel berbintang lima. Pada jam dan waktu yang telah ditentukan penulis sebenarnya sudah datang di lokasi seminar dan sudah melakukan cofe break di lobby hotel bersama peserta seminar yang lain. Namun demikian seminar belum juga dimulai karena menunggu salah satu pembicara yang belum hadir yaitu penulis sendiri. Mengetahui keadaan itu maka penulis akhirnya melaporkan diri bahwa “ saya” telah hadir sejak 60 menit yang lalu. Panitia akhirnya meminta maaf karena tidak mengenali penulis sebagai pembicara dalam seminar tersebut. Penulis menjadi penasaran mengapa panitia tidak mengenali penulis sebagai pembicara dalam seminar tersebut ? panitia seminar menduga penulis ada;ah peserta seminar sep[erti hadirin yang lain mengingat penampilan penulis saat itu yang hanya mengenakan kemeja biasa tanpa jas dan bahkan juga menyandang tas ransel di pundak. Dalam persepsi panitia seorang pembicara dalam forum seminar nasional semestinya berpenamplian cakap dengan mengenakan dasi, jasss dan menyangking tas laptop atau sejenisnya. Pun demikian ketika acara sudah usai, salah seorang anggota panitia mengantarkan penulis ke tempat parkir mobil, padahal penulis tidak membawa mobil padahal penulis membawa sepeda motor yang tempat parkirnya di tempat lain khusus parker sepeda motor. .
Tentu saja ilustrasi di atas tidak seluruhnya menggambarkan pengaruh social ekonomi terhadap kesan seseorang. Namun kiranya gambaran situasi di atas sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
3. Komunikasi Non Verbal
Ekpresi wajah, gerakan tubuh, gerakan tangan, intonasi suara, kontak pandangan mata, senyuman dan kedipan mata adalah merupakan bentuk-bentuk komunikasi non verbal yang ikut memberikan andil atas terbentuknya kesan atau persepsi orang lain atas diri orang lain. Dari komunikasi non verbal tersebut kita bias menarik kesan tentang kondisi emosiseseorang, watak kepribadian dan kejujurannya.
Emosi seseorang mempengaruhi ekpresi wajah dan gerakan anggota tubuh lainnya. Cicero seorang tokoh penyair dari kerajaan roma pernah berujar “wajah adalah ekpresi kejiwaan” . Kata kata Cicero tersebut ternyata benar, sebagimana diungkap oleh Izard (1991) yang mnemukan data bahwa ada enam ekpresi wajah yang terkait dengan emosi. Yaitu emosi marah, sedih, gembira, muak, surprise dan emosi takut. Ekpresi wajah pada semau bentuk emosi tersebut sifatnya universal.
Menurut Zimbardo (1977) sifat kepribadian bias diketahui dari kontak pandangan mata. Orang yang menghindari terjadinya kontak pandangan mata menujukkan sifat kurang berminat pada lawan bicara, atau seorang yang pemalu. Orang yang mempenyai sifat kecenderungan asertif berkeenderungan untuk menggerakkan tngan dengan gerakan yang kerasdan memberikan tekanandengan gerakan tangan tersebut untuk mempertegas apa yang dia bicarakan. Pada orang yang hidupnya dikuasi oleh emosi marah dan penuh permusuhan wajahnya menujukkan ekpresi masam dan cemberut.
Kleinke (1986) menyatakan bahwa ketidakjujuran dapat dideteksi dari komunikasi non verbal. Orang yang berkata bohong menujukan ekpresi non verbal berupa kedipan mata yang lebih sering, kontak pandanganmata yang relative jarang atau relative sangat tinggi intensitasnya dengan diswertai pupil mata yang membesar.
Kepustakaan:
Robert Baron, donn Byrne , 1997. Social Psychology. Allyn and Bacon Boston USA
Rita L. Atkinson.1983. Introduction to Psychology. (edisi terjemahan). Penerbit erlangga Jakarta.
Sarlito . 2009. Psikologi social. Penerbit Salemba humanika Jakarta.
(Tulisan selanjutnya adalah Atribusi : Memahami Penyebab Perilaku Orang lain.)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar