Drs. Soleh Amini Yahman. Psi. MSi**
Dalam kehidupannya, manusia dapat dipastikan tidak bisa lepas dari kehidupan kelompok. Manusia tidak mungkin hidup secara wajar dan normal tanpa adanya kehidupan kelompok yang menyertai kehidupannya.
Mengapa seseorang itu masuk kelompok ? Manusia di samping sebagai makhluk individual, makhluk religius juga sebagai mahluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lain. Dengan adanya dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan manusia lain, maka terbentuklah kelompok-kelompok dalam kehidupan masyarakat. Namun kenyataan menujukkan bahwa dalam masyarakat di dapati adanya bermacam-macam kelompok yang cukup bervariasi, misalnya ada kelompok belajar, kelompok pemuda, kelompok pencinta alam, kelompok pengajiam, kelompok ibu-ibu PKK , kelompok pencinta alam, kelmpok peneliti, kelompok cah nekat dan sebagainya.
Kondisi demikian ini memberikan gambaran bahwa di samping dorongan yang alami yang ada pada diri seseorang untuk berkelompok, maka ada faktor lain yang ikut berperan yang mendorong seseorang untuk membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Dengan tujuan yang berbeda-beda mereka membentuk atau masuk dalam kelompok yang berbeda. Dengan minat yang berbeda pula mereka membentuk atau masuk dalam kelompok yang berbeda. Suatu hal yang perlu disadari oleh para anggota kelompok adalah bahwa tujuan bersama itu akan dapat dicapai dengan sukses apabila ada kerjasama yang baik dari para anggota. Apabila tidak disadari akan hal tersebut maka masing-masing anggota kelompok akan bergerak sendiri-sendiri, sehingga kelompok tersebut akan bubar atau mengalami disintegrasi.
Setelah kelompok tersebut terbentuk maka akan timbul adanya struktur yang akan mengatur peran dari masing-masing anggota kelompok, dan norma yang akan menata pola perilaku anggota kelompok. Norma ini bisa berupa konvensi maupun regulasi (aturan-aturan tertulis), hukum dan kode etik.
Apa yang dimaksud dengan Kelompok itu ? Secara umum kelompok dapat didefinisikan sebagai kumpulan dua atau lebih individu-individu yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain melalui interaksi. Namun demikian tidak semua kumpulan manusia dapat disebut sebagai suatu kelompok, bila dalam kumpulan/gerombolan itu tidak ada interaksi dan proses saling mempengaruhi.
Terbentuknya suatu kelompok bisa ditinjau dari lima aspek :
1. Aspek Persepsi : Kelompok yang terbentuk karena adanya persepsi yang sama terhadap satu hal atau isue dari beberapa individu, sehingga mereka membentuk kelompok guna mengembangkan persepsi yang sama tersebut. Misalnya A dan B mempunyai persepsi yang sama tentang arti demokrasi. Maka untuk mempertahankan dan mengembangkan persepsi mereka tentang Demokrasi tersebut A dan B membentuk Kelompok/ partai “Demokrasi Sejati” , dan mereka berupaya memperbesar kelompoknya tersebut dengan mencari anggota yang mempunyai persepsi yang sama dengan mereka. Upaya mencari anggota ini bisa dilakukan dengan kampanye, propaganda, atau dengan bentuk-bentuk komunikasi persuafif lainnya.
2. Aspek Motivasi : orang membentuk atau masuk suatu kelompok karena ada motivasi-motivasi/dorongan-dorongan tertentu. Misalya motivasi agar terkenal, populer, motivasi agar dapat kedudukan, motivasi untuk belajar dan menambah pengalaman dan sebagainya.
3. Aspek tujuan : Orang masuk atau membentuk kelompok karena adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin diperoleh atau didapat. Individu sadar, bahawa tujuan tersebut tidak mungkin atau sulit dicapai secara individual dan tujuan akan sukses bila diusahakan secara bersama-sama . Dari kesdaran inilah akhirnya individu membentuk atau masuk kelompom tertentu.
4. Aspek interdependency : Individu sadar bahwa manusia yang satu dengan manusia yang lain itu saling terjadi ketergantungan ( interdependency) , maka untuk memenuhi hasrat kemanusiaannya sebagai mahluk sosial yang selalu tergantung kepada eksistensi manusia lain, maka mereka (manusia-manusia ini) membentuk kelompok atau organisasi-organisasi.
Dari urian tersebut di atas kita dapat mencirikan, bahwa kelompok itu cirikan oleh hal-hal sebagai berikut :
• terdiri lebih dari satu orang
• ada interaksi (proses saling mempengaruhi) antar angotanya
• ada tujuan (common goal) yang ingin dicapai bersama. Tujuan ini bisa bersift intrinsik, misalnya dengan bergbung dengan kelompok seseorang akan merasa senang dan berarti. Namun ada juga tujuan yang ektrinsik, yaitu untuk mencapai sesuatu tujuan tidak dapat dicapai secara sendiri, tetapi dapat dicapai secara bersama-sama.
• ada interdependency antar anggotanya
• memiliki struktur tertentu, dari struktur inilah akhirnya timbul norma, dan peran dari masing-masing anggota kelompok.
• Groupness (persaan sebagai anggota group), suatu kelompok harus merupakan sutau entity (kesatuan).
Menuju Kelompok yang solid dan Kompak
Setelah suatu kelompok terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah mengupayakan bagaimana memelihara kelompok tersebut agar solid dan kompak dan tidak terdisitegrasi oleh isue maupun desas-desus apapun. Upaya tersebut bukan hanya harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab pimpinan atau ketua kelompok saja, tetapi menjadi tanggungjawab semua unsur yang ada dalam kelompok tersebut, mulai dari unsur yang paling elit sampai unsur yang paling tidak elit.
1. Menanamkan ingroup felling . Di dalam diri segenap unsur organisasi atau kelompok harus tumbuh ingroup felling, yaitu perasaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kelompoknya. Dengan tumbuhnya ingroup felling ini dalam perasaan anggota kelompok, maka setiap anggota kelompok akan tumbuh pula rasa solidaritas yang kuat, bersedia berkorban untuk kelompoknya, dan tumbuh pula rasa melu handarbeni lan melu hangrungkepi.
2. Setiap unsur kelompok harus mempunyai kepercayaan bahwa tujuan pribadi maupun tujuan kelompok akan dapat diwujutkan melalui kelompoknya.
3. Setiap anggota kelompok harus memilki kesadaran bahwa tujuan kelompok akan dapat terwujut bila dilakukan secara bersama-sama, sehingga anggota kelompok tidak boleh iren dalam melakukan aktifitas kelompoknya.
4. setiap anggota kelompok harus menyadari tugas, hak dan kewajibannya terhadap kelompok sesuai dengan perannya masing-masing.
5. Pimpinan kelompok harus mampu berlaku adil terhadap semua anggota kelompok. artinya tidak diskriminatip dalam memeperlakukan anak buahnya.
6. Semua unsur kelompok harus menjujung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesopanan, keadilan dan mengembangkan rasa toleransi serta sikap saling hormat menghormati dan saling menghargai.
7. menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah suatu hal yang lumrah, tetapi tetap harus dicari titik kesamaan, sehingga tiak terjadi perpecahan.
8. Ketua atau pimpinan kelompok harus tidak segan-segan memberikan penghargaan secara tulus ikhlas kepada anggotanya yang nyata-nyata telah berpretasi memajukan kelompoknya. Pimpinan jangan punya perasaan takut digusur oleh anggotanya yang berprestasi. Perasaan negatif thinking hrus dienyahkan dari benak seorang pemimpin.
9. setiap anggota menjujung tinggi nilai-nilai permusyawaratan dan kesepakatan yang telah dibuat dalam kelompok.
10. Take and give suported antar anggota harus lebih digiatkan dalam dinamika suatu kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar